‘Kencan Kilat’ di Bali, Jurus Startup Gapai Status Unicorn

0
667

Ditemani terik matahari, pemuda dan pemudi rupawan berkumpul di lahan rumput hijau lengkap dengan kursi empuk warna-warni di Pulau Dewata, tepatnya kawasan Jimbaran Hub, Bali.

Puluhan mata saling menatap, waspada kalau-kalau pujaan hati terlepas dari pandangan. Tak berselang lama, masing-masing dari mereka pun saling menyapa, memulai percakapan hingga terlarut dalam obrolan panjang.

Setelah 20 menit berlalu, masing-masing orang bertukar ‘pasangan’ untuk memulai cerita berbeda. Begitu seterusnya.

Metode ‘Kencan Kilat’ atau biasa disebut dengan speed dating dimanfaatkan para pemuda dan pemudi untuk menyampaikan ide, visi, dan misi keduanya.

Perjodohan dilakukan bukan untuk menyatukan dua pribadi ke jenjang pernikahan, melainkan dua perusahaan yang mereka wakili untuk menjalin kerja sama sebagai pemberi dana dan penerima dana.

Selama ini, metode speed dating kerap kali digunakan untuk mempertemukan perusahaan investasi atau biasa dikenal modal ventura (venture capital/VC) dengan perusahaan rintisan (startup).

Metode itu pula yang dimanfaatkan yayasan independen Nexticorn dalam gelaran Nexticorn International Summit 2019 selama dua hari pekan ini.

Chairman NextICorn Daniel Tumiwa berambisi merealisasikan minimal 1.500 pertemuan antara 103 startup dan 169 investor yang akan berpartisipasi dalam acara tersebut. Dengan demikian, hal itu akan lebih meningkatkan potensi terjadi kesepakatan bisnis.

“Ada 169 VC (venture capital), 63 persen VC dari luar negeri, 37 persen dari dalam negeri,” sebutnya.

Sederet investor yang hadir di antaranya, Sequoia Capital, Vertex, Temasek, Alpha JWC Ventures, EV Growth, Kejora Ventures, SBI Investments, BRI Ventures dan Salim Group. Sementara itu, beberapa startup yang mengikuti acara antara lain, Logisly, PrivyID, Kata.ai, KoinWorks, Snapcart, dan Kulina.

Daniel mengungkapkan acara ini layaknya bursa speed dating yang memamerkan material masing-masing dan berharap mengalami kecocokan satu sama lain.

“Dalam event ini, semua mencari chemistry. Setelah pertemuan siang ini, biasanya nanti malam di-follow up lanjut ngobrol. Bercandanya mereka digodain, bakal deal nih ya,” tutur Daniel sembari tertawa.

Dalam prosesnya, tak hanya startup yang memamerkan potensi, tetapi investor juga unjuk gigi bersaing dengan kompetitor lain untuk menarik perhatian startup potensial.

“Setiap investor punya appetite dan tingkat kesabaran yang berbeda. Mereka akan unjuk karakter pendanaan. Bukan cuma startup yang akan pitching, investor juga menawarkan diri untuk dipilih,” ujarnya.

Ketua Dewan Pembina Nexticorn Rudiantara bahkan berambisi mendorong kemunculan tiga unicorn baru pada 2020 mendatang. Terutama yang berasal dari agenda pertemuan tahunan yang mereka selenggarakan tersebut.

“Harapannya, melalui summit ini dapat memicu terciptanya tiga unicorn baru di tahun depan, sehingga dapat mendorong Indonesia untuk menjadi The New Economy Global Hub,” ungkap pria yang pernah menjabat Menteri Komunikasi dan Informatika periode 2014-2019 tersebut.

Fintech Masih Jadi Idola
Daniel menyebutkan tahun ini terdapat banyak peningkatan permintaan dari investor untuk startup dengan kategori industri finansial berbasis teknologi (fintech), kesehatan, agrikultur, dan edukasi.

“Kami memprediksi ke depannya bahwa industri fintechhealthtechagritechedutech, logistik, dan e-sports akan menjadi fokus utama incaran investor yang mau berinvestasi di sektor startup Indonesia,” ujar Daniel.

“Ajang ini bukan untuk menciptakan lebih banyak startup, tapi membantu mereka yang model bisnis dan strukturnya sudah kokoh untuk naik kelas sampai Unicorn,” tegasnya.

Untuk itu, Nexticorn bersama Ernst and Young Indonesia merumuskan standar komprehensif dalam mengkurasi startup yang berpartisipasi. Dari sisi pendanaan, sekitar 20 persen dari 103 startup sudah pernah mendapat pendanaan kurang dari US$ 1 juta. Sedangkan, 55 persen telah memperoleh pendanaan US$ 1 juta-US$ 5 juta, dan 25 persen di atas US$ 5 juta.

Adapun, kurasi startup dengan mengacu pada beberapa kriteria, antara lain startup berbentuk perusahaan terbatas (PT) atau penanaman modal asing (PMA) dengan kepemilikan modal lokal minimal 25 persen.

Startup setidaknya sudah memperoleh investasi US$ 100 ribu dari investor eksternal. Bila masih bootstrap atau didanai oleh pendiri, startup kategori media minimal memiliki 5 juta pengguna aktif bulanan (Month Active User/MAU).

Bagi startup e-commerce, minimal nilai transaksi (Gross Merchandise Value/GMV) lebih dari US$ 1 juta atau aplikasinya diunduh 1 juta kali. Sedangkan bagi startup bidang Software as a Service (SaaS), minimal Annual Recurring Revenue (ARR) sebesar US$500 ribu.

Sumber : CNN [dot] COM