Dari Tanah Abang hingga London, lima hal unik tentang mukena Indonesia

0
2812

Dibandingkan bisnis jilbab dan pakaian muslim, bisnis mukena jarang terdengar. Meskipun begitu, usaha ini ternyata juga menggiurkan secara keuntungan dan bahkan dapat beromzet miliaran rupiah. BBC Indonesia pun mendatangi beberapa pengusaha mukena dan merangkum sejumlah hal menarik terkait bisnis ini.

Seperti sebagian besar produk tekstil lainnya, harga mukena bergantung pada bahannya.

Berdasarkan survei ke sejumlah grosir di Tanah Abang, mukena paling murah adalah yang berbahan abutai. Harganya Rp35.000,-.

abutai

“Murah karena lebih tipis, tempatnya juga lebih kecil, ringan, sesuai harganya lah,” kata Yeni Naura, pemilik grosir mukena Naura Adilla .

Sementara mukena paling mahal yang dijual di tokonya adalah yang berbahan sutera Padang. “Ciri khasnya itu penuh bordir, sulam tangan langsung dan tidak bisa dibuat menggunakan cetakan komputer.”

Yeni menceritakan satu set mukena dengan bahan sutera Padang dijual seharga Rp2,2 juta. “Pembuatannya lama. Karena dibuat tangan, satu bulan cuma bisa buat satu mukena.”

Sementara itu, mukena paling mahal yang diproduksi oleh Tatuis, perusahaan mukena yang penjualannya berbasis distributor dan sosial media, adalah yang berbahan “katun sutera atau satin sutera”.

Salah satu pemilik Tatuis, Rina Kartina, mengungkapkan mukena paling premium yang diproduksi perusahaannya dijual seharga Rp1-1,5 juta. “Bordirnya bordir tangan, pakai benang metalik dan emas juga,” tutur Rina.

Meskipun bisa dibilang mahal, tetapi tidak sedikit yang membeli mukena jutaan rupiah itu. “Orang mikirnya untuk tiket ke surga, mengapa tidak boleh mahal. Tiket konser saja mahal, terbeli. Jadi mukena sekarang sudah tidak kalah sama (produk) fashion (lain),” cerita Yeni.

Ada jilbab, mengapa mukena?

Dibandingkan dengan jilbab dan pakaian muslimah, geliat bisnis mukena tidak begitu terdengar gaungnya. Lalu mengapa para pebisnis memutuskan untuk berkecimpung menjual mukena?

Kepada BBC Indonesia, Yeni yang memulai usaha mukena di kaki lima Tanah Abang pada tahun 2000 sebelum memutuskan menyewa toko pada 2006, menyatakan memilih menjual pakaian sholat perempuan itu “karena risikonya tidak terlalu tinggi”.

“Kalau pakaian muslim atau jilbab kan setiap bulan harus ganti model, ganti tren. Kalau mukena dari zaman dulu kayak gitu saja.”

Selain risiko tidak terlalu tinggi, permintaan terhadap mukena disebutnya “selalu rutin”. “Bukan mendoakan orang meninggal ya, tapi kalau ada acara 40 harian orang meninggal, orang memborong (mukena) juga untuk dibagi. Kalau selamatan, juga suka bagi-bagi (mukena). Soalnya kalau pakaian kan sulit menentukan ukurannya. Kalau mukena gampang, ukurannya sama semua.”

Di pihak lain, Rina Kartina menyatakan dirinya membuka Tatuis pada 2007, “karena memilih bisnis yang kuenya masih besar.” Menurutnya, jilbab dan pakaian muslim permintaannya juga besar, “tetapi pemainnya juga besar. Jadi saya pilih bisnis yang belum banyak pemainnya, supaya bisa jadi pembuat tren.”

Dimulai dengan hanya satu karyawan, Tatuis kini sudah memiliki 70 karyawan. Instagram produsen dan penjual mukena ini sudah memiliki hampir 15 ribu pengikut.

Omzet miliaran

Dengan permintaan yang ternyata besar, tentu omzet bisnis mukena juga tidak sedikit. Angkanya bahkan bisa disebut fantastis.

Ketika BBC Indonesia berada di toko Naura Adilla milik Yeni, tidak sampai satu jam sudah Rp8 juta rupiah yang masuk ke kas toko.

Di grosirnya, secara garis besar Yeni menjual tiga tipe harga mukena; yang murah (abutai), mahal (sutera Padang) dan menengah, yaitu yang berbahan katun Paris. Mukena dengan harga menengah ini dijual seharga Rp200 ribu perbuahnya. “Sebanyak 50% yang terjual ya yang harganya menengah ini”.

Yeni menceritakan bulan Ramadan adalah musim paling laris mukena. Sebanyak setidaknya 60 kodi terjual setiap harinya. Dengan mayoritas yang terjual adalah yang harga menengah, bisa disimpulkan omzet tokonya bisa mencapai Rp200 juta per hari.

Senada dengan Yeni, Rina menyebut ketika bulan puasa penjualan mukena Tatuis bisa meningkat dua kali lipat menjadi 20.000 buah mukena. Alhasil, omzetnya pun luar biasa; ‘lebih dari Rp1 miliar per bulan’.

Tren Ramadan 2017

Lalu mukena seperti apa yang akan menjadi tren pada Ramadan tahun ini?

Yeni mengungkapkan mukena penuh bordir dan renda yang dengan variasi warna akan menjadi favorit perempuan muslim pada bulan puasa tahun ini.

“Kalau putih, sudah agak kurang (yang suka). Mereka mainnya ke yang bewarna, sutera ungu, merah jambu atau biru. Kalau putih sudah bosan ya, karena di rumah pasti punya mukena putih semua.”

Sejalan, Tatuis menyebut mukena bewarna akan banyak disukai tahun ini. “Terutama yang warna-warna natural”. Rina juga menyatakan mukena panjang akan semakin menjadi tren pada Ramadan 2017 ini.

Hingga ke London

Bisnis mukena Tatuis yang dirintis Rina Kartina bersama dua orang saudaranya pada 2007, terus berkembang. Pada tahun 2010 mereka mulai merambah penjualan secara online.

Namun, dua tahun kemudian Rina harus meninggalkan Indonesia untuk ikut dengan suaminya yang pindah kerja ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, lalu kemudian pindah lagi ke Manchester, Inggris.

Dua tahun tinggal di Inggris, Rina pun mendapatkan ide untuk meneruskan bisnis Tatuis di sana. Penjualan pun dilakukan lewat website terpisah untuk pasar Eropa.

“Produk mukenanya kita ambil yang dari indonesia, karena pasar utama Tatuis tetap di Indonesia. Nah, produk yang sudah lama di sana, lalu saya tarik ke sini (Inggris),” ujar Rina kepada BBC Indonesia.

Dia mengaku, dari Inggris mukenanya sudah dipasarkan ke Prancis, Jerman, Maroko, bahkan Amerika Serikat. “Saya cukup senang, baru tiga-empat bulan, ratusan mukena sudah terjual.”

Agar lebih membumi dengan pasar Eropa, dia pun melakukan sejumlah pemotretan mukena di London.

Sumber : www.bbc.com