Bercocok Tanam Bunga Matahari dengan Drone

0
433

Di satu lahan pertanian di Queensland, Australia, terdapat ladang sunflower atau bunga matahari. Yang unik, untuk pertama kalinya di dunia, pekerjaan menanam dan merawat bunga-bunga itu seluruhnya dilakukan dengan mengandalkan drone.

Proyek percobaan ini kini sudah beroperasi penuh. Ladang bunga matahari itu menarik para turis untuk datang dan berfoto serta belajar tentang praktik pertanian modern yang tidak invasif dan tidak melibatkan praktik bercocok tanam yang padat karya.

Bibit bunga-bunga itu ditebar dari atas. Hasilnya, bagaikan paparan kuning di ladang. Panen bunga matahari akan menjadi salah satu ciri dari pertanian pada masa depan.

Pertanian ini terdapat di Cambooya, Toowoomba barat daya, Queensland. Penanaman bibit bunga-bunga matahari itu seluruhnya dilakukan oleh drone.

Pilot drone ini, Roger Woods mengatakan, “Tanaman bunga matahari ini sejauh yang saya ketahui adalah hasil pertama penanaman yang seluruhnya dilakukan dengan drone. Jadi, sebuah drone besar pertanian yang kami gunakan menyebarkan bibit-bibit tanaman ini. ”

Teknik ini sudah digunakan untuk tanaman pangan seperti barley atau jelai, alfalfa, dan gandum. Banyak pihak skeptis bahwa cara pertanian ini bisa diterapkan untuk menanam bunga matahari.

Roger Woods sudah beberapa kali mencoba membudidayakan tanaman ini supaya memenuhi standar pertanian. “Bunga matahari membutuhkan jarak yang konsisten agar bisa tumbuh secara tepat. Dan biasanya mereka menyatu secara akurat, jadi ini merupakan tantangan yang harus kami atasi ketika menanam tanaman ini dengan menggunakan drone,” jelasnya.

Hasilnya mencengangkan, baik bagi penduduk setempat maupun para turis. Ladang bunga matahari itu, dengan tanaman yang menjulang dan bunga yang mekar, menyediakan latar belakang yang sangat bagus bagi para fotografer.

Pandora Bevans adalah manajer pertanian ini.

“Biasanya tanaman bunga matahari ditanam di pinggir jalan raya sehingga menyebabkan orang parkir di tempat berbahaya atau menerobos ke properti petani. Itu sebabnya kami memutuskan untuk membuka ladang ini supaya masyarakat umum bisa datang langsung ke ladang ini dan membuat foto yang bagus di sini,” ujarnya.

Menurut para petani, teknik bercocok tanam dengan drone, ini tidak padat karya dibandingkan dengan penanaman secara tradisional, dan tanahnya tidak terganggu. Pengelola pertanian ini berharap petani-petani lain akan segera mengadopsi teknologi ini.

Namun, mereka mengakui, metode ini masih memiliki sejumlah keterbatasan.

Roger Woods mengatakan bahwa satu-satunya hal yang tidak bisa dilakukan dengan drone adalah memanennya. Paling tidak, saat ini belum bisa.

Tampaknya gagasan sederhana untuk memanfaatkan drone akan berkembang menjadi prospek bagus dalam bidang pertanian.