Pendiri startup kecerdasan buatan (AI) ternyata penipu. Investor dibohongi dengan angka palsu di rekening koran dan laporan keuangan.
Penipuan oleh Michael Brackett dibongkar oleh penuntut umum di Amerika Serikat. Ia adalah pendiri Centricity, startup yang mengklaim mengembangkan teknologi prakiraan permintaan konsumen dalam real-time.
Menurut PitchBook, Centricity telah menggalang dana US$ 2,5 juta (Rp38,3 miliar) dari angel investor pada 2019. Pada 2011, Brackett menyatakan kepada The Wall Street Journal bahwa ia sedang menghimpun pendanaan baru dengan target US$ 10 juta (Rp 153 miliar).
Namun, Brackett tiba-tiba mengundurkan diri sebelum akhirnya Centricity bangkrut.
menurut CNBC International, menyatakan Centricity bangkrut karena Brackett kehabisan uang dan tidak bisa menemukan investor baru.
Aksi penipuan Brackett dengan mengumbar angka palsu pun tak bisa berlanjut. Misalnya, Centricity mengaku mempunyai klien 13 perusahaan manufaktur dan ritel AS. Dokumen yang diedarkan Brackett ke investor dan kreditur, juga mengklaim pendapatan Centricity mencapai US$ 3,7 juta setiap tahun. Faktanya, klien Centricity hanya dua perusahaan.
Sebelum Brackett mundur, menurut penuntut umum, masih ada seorang investor yang memakan umpannya. Seorang korban mentransfer US$ 500 ribu (Rp 7,66 miliar) ke Centricity karena tidak tahu bahwa Brackett menunjukkan angka palsu.
Dalam beberapa hari, korban tersebut sadar bahwa Brackett adalah penipu. Ia mencoba meminta uangnya kembali kepada Centricity dan bank yang mengelola rekening Centricity. Namun, gagal.
Brackett ternyata sudah memindahkan uang dari rekening perusahaan. Tak lama kemudian, Centricity bangkrut.
Kejaksaan mulai menyelidiki Brackett dengan menghubungi para investor pada 2022. Mereka meminta dokumen, laporan keuangan, dan informasi lain soal investasi di Centricity.
Kini, Brackett menghadapi tuntutan kejahatan penipuan sekuritas dan transaksi elektronik. Ia telah ditahan oleh pihak berwajib pada Selasa (15/8/2023).
Modus penipuan oleh founder startup dengan korban investor sudah beberapa kali terjadi. Charlie Javice, founder fintech bernama Frank, mengutak-atik angka finansialnya sehingga bisa meyakinkan JPMorgan untuk mengakuisisi perusahaannya. JPMorgan baru menyadari mereka kena tipu setelah kesepakatan ditandatangani.
SoftBank Vision Fund, investor startup raksasa, pekan lalu juga melaporkan startup IRL. IRL berhasil meraih pendanaan US$ 150 juta dari Vision Fund berbekal data palsu.