Sebanyak 27 anggota Garda Nasional Venezuela ditangkap setelah mereka dituding melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro, sebut Kementerian Pertahanan Venezuela.
Berbagai video yang diunggah ke media sosial menampilkan para petugas menyerukan pelengseran Presiden Maduro.
Mereka, sebagaimana dipaparkan pihak kementerian, merebut persenjataan dari pos komando Garda Nasional di Ibu Kota Caracas.
Insiden itu mengemuka setahun setelah seorang polisi pilot helikopter, Oscar Perez, melemparkan sejumlah granat ke gedung-gedung pemerintah. Perez akhirnya tewas dalam baku tembak dengan aparat keamanan.
Kementerian Pertahanan mengatakan “sekelompok kecil” anggota Garda Nasional telah mencuri senjata dari pos Garda Nasional dan menyandera empat petugas.
Sebuah video yang dikirim ke akun Twitter kubu oposisi, @soldadoDfranela, menampilkan seorang pria berseragam mengatakan aksinya “atas nama rakyat Venezuela” serta menyeru rakyat Venezuela turun ke jalan untuk memprotes pemerintah.
Menurut pernyataan Kementerian Pertahanan, mereka menghadapi “perlawanan kuat” dari aparat keamanan yang setia dengan pemerintah di pos komando.
Tidak jelas apakah para anggota Garda Nasional yang membangkang itu ditaklukkan atau mereka menyerahkan diri.
Lebih lanjut, pernyataan Kementerian Pertahanan menyebut senjata-senjata yang dicuri berhasil direbut kembali dan para anggota Garda Nasional itu kini sedang diinterogasi.
Mereka, menurut kementerian, didorong “kepentingan gelap ekstrem kanan” tanpa menjelaskan secara detil.
Sebelumnya, pemerintah Venezuela beberapa kali menyalahkan pasukan ekstrem kanan setiap terjadi protes di negara tersebut.
Setelah kabar insiden ini menyebar luas, laman-laman kubu oposisi menunjukkan sejumlah warga turun ke jalan untuk memprotes pemerintah.
Para warga mengeluhkan kekurangan pasokan air seraya meneriakkan “kami ingin Nicolas pergi”. Aparat berupaya menghalau aksi mereka dengan menembakkan gas air mata.
Rakyat Venezuela akhir-akhir ini mengalami pemutusan pasokan listrik dan air , serta kekurangan pangan dan obat-obatan.
Data PBB memperlihatkan sebanyak tiga juta warga Venezuela telah meninggalkan negara itu selama beberapa tahun terakhir.
Gelombang demonstrasi anti-pemerintah sempat melanda Venezuela pada April dan Mei 2017, namun setelah penangkapan ratusan demonstran dan sejumlah bentrokan mematikan, jumlah aksi menyusut. Sejumlah pemrotes mengatakan mereka takut turun lagi ke jalan.
Akan tetapi, selama beberapa pekan belakangan, pemimpin Majelis Nasional yang dikuasai oposisi, Juan Guaidó, menyeru kepada mereka yang kritis terhadap pemerintah untuk kembali bangkit melancarkan protes dan menyeru digelarnya pawai anti-pemerintah pada Rabu (23/1).