Sekitar delapan juta ton sampah plastik hanyut ke lautan setiap tahun, sementara kita membuang sekitar 11 milliar kilogram pakaian per tahun.
Limbah di laut mengubah komposisi kimia kehidupan maritim secara negatif, yang berdampak pada seluruh ekosistem di dalam air.
Pada saat yang sama, memenuhi tempat pembuangan dengan sampah, termasuk pakaian, memproduksi zat kimia berbahaya yang mengotori udara dan tanah dan secara negatif berdampak pada bumi serta kesehatan kita. Jelas itu merupakan masalah yang harus diatasi.
Sebuah konsep yang diusung merk pakaian Ecoalf dapat membantu.
Perusahaan fashion ini punya proyek berkelanjutan yang revolusioner dengan mentransformasi sampah plastik di kedalaman Laut Mediterania menjadi benang dan kain, yang kemudian digunakan untuk pakaian. Proyek bertajuk Upcycling the Oceansitu telah dinominasikan dalam penghargaan Beazley Designs of the Year 2017.
Slogan Ecoalf adalah: “Karena tidak ada planet B’. Adapun tujuan perusahaan adalah untuk “menciptakan generasi pertama dari produk daur ulang dengan kualitas, desain dan sifat yang secara teknis sama baiknya dengan produk bukan daur ulang”.
Sejauh ini, tampaknya mereka berada di jalur yang benar.
Proyek Upcycling the Oceans (or UTO) diluncurkan pada 2015 di negara asal Ecoalf, yaitu Spanyol. Proyek ini menggunakan model ekonomi melingkar yang merevolusi proses pembuatan pakaian.
Ada tiga langkah utama. Pertama, nelayan lokal mengumpulkan plastik dari dasar laut Mediterania. Setelah dimurnikan.
Plastik ini siap untuk dipolimerisasi, yakni proses mengubah limbah menjadi butiran. Butiran itu kemudian dijadikan benang halus bersambung melalui proses ekstrusi dan pemintalan yang kemudian menjadi kain untuk pakaian.
Javier Goyeneche, pendiri dan presiden Ecoalf, menjelaskan kepada BBC Designed seberapa penting nominasi perusahaannya dalam penghargaan.
“Itu akan meningkatkan pengetahuan orang-orang mengenai apa yang terjadi di planet dan bagaimana bekerja untuk mencapai tujuan yang jelas serta mewariskan masa depan yang lebih baik untuk generasi yang akan datang,” ujarnya.
Perusahaan itu telah berkolaborasi dengan Swatch, Apple and Goop. Kerja sama juga dilakukan dengan desainer terkemuka Spanyol, Sybilla, untuk membuat 10 koleksi pakaian yang menampilkan mantel dan jaket dengan warna-warna yang cerah dari nilon yang dibuat dari jaring ikan yang dibuang.
Ecoalf memperluas misinya ke Thailand pada September tahun ini. Proyek di Thailand didukung oleh Kementerian Pariwisata Thailand dan PTT Global Chemical Public dan akan berjalan selama tiga tahun.
Setiap barang 100% dapat didaur ulang. Metode ini dapat mengurangi jumlah limbah busana yang kita hasilkan, sekaligus menyediakan sumber daya yang berkelanjutan untuk menciptakan pakaian berkualitas tinggi di masa depan.
Namun, masalahnya tak hanya mengenai menciptakan pakaian. Sebanyak 60% dari delapan juta ton limbah plastik berasal dari negara-negara Asia, menurut Ecoalf.
UTO Thailand pada awalnya fokus pada mendidik masyarakat lokal untuk bertanggung jawab dan menjalankan hidup yang berkelanjutan dalam upaya untuk mengurangi jumlah sampah ini, dengan mengumpulkan dan proses memilah yang mengarah ke transformasi akhir limbah plastik menjadi bahan baku untuk pakaian.
Goyeneche memiliki harapan besar untuk misi lingkungan: “Peluang dengan UTO sangat besar saat kami merancang proyek ini dengan tujuan agar bisa ditiru di seluruh dunia.”
Sumber : bbc.com