Tim SAR sedang mencari korban badai tropis di Filipina selatan yang menewaskan sekitar 200 orang akibat tanah longsor dan banjir bandang.
Tim SAR belum menjangkau beberapa daerah yang terkena dampak di pulau Mindanao.
Sekitar 150 orang masih hilang setelah Badai Tembin menyapu wilayah tersebut, dan 70.000 lainnya mengungsi dari rumah mereka.
Upaya penyelamatan terhambat akibat hujan deras terus-menerus, padamnya listrik dan jalan yang terhadang.
Pada Minggu dini hari , Badai Tembin, yang dikenal sebagai Vinta di Filipina, berada di sebelah selatan Kepulauan Spratly, menuju Vietnam selatan. Kekuatan badai semakin besar, dengan kecepatan angin maksimum 120km/jam.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan bahwa dia merasa sedih dengan tewasnya warga, menambahkan bahwa PBB siap untuk membantu.
Ada kekhawatiran korban tewas akan bertambah.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte akan mengunjungi komunitas yang terkena dampak Badai Tembin pada hari Minggu.
Filipina merupakan negara yang secara berkala dihantam badai tropis yang mematikan. Namun Mindanao kawasan Filipina Selatan yang sebagian besar penduduknya Muslim, tidak sering mengalaminya.
Para pejabat penanggulangan bencana, dikutip oleh media Filipina, Rappler, mengatakan setidaknya jatuh 127 korban tewas di Lanao del Norte, sekitar 50 tewas di Zamboanga del Norte dan setidaknya 18 tewas di Lanao del Sur.
Di kota Tubod yang berada di Lanao del Norte, perwira polisi setempat Gerry Parami mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa setidaknya ada 19 orang tewas.
“Sungai meluap dan sebagian besar rumah di desa Dalama diterjang air bah dan hanyut. Desa sudah tidak ada lagi,” kata Gerry parami dari kepolisian kota Tubod.
Ia mengatakan, para relawan berusaha mengeluarkan lumpur untuk mencoba mencari jenazah penduduk desa.
Seorang pejabat lain mengatakan kepada AFP bahwa setidaknya 10 orang tewas di kota Piagapo, 10km dari Tubod.
“Kami telah mengirim tim penyelamat namun mereka kesulitan untuk mencapai kawasan yang terkena bencana karena (dihalangi) bebatuan,” kata pejabat itu, Saripada Pacasum.
Korban tewas juga dilaporkan terjadi di kota Sibuco dan Salug.
Selain akses yang sulit karena bebatuan raksasa dan lumpur, terputusnya listrik dan jalur komunikasi menghambat upaya penyelamatan.
Seminggu yang lalu, badai tropis lainnya, Kai-Tak, melanda Filipina tengah, menewaskan puluhan orang.
Wilayah itu masih belum sepenuhnya pulih dari Topan Haiyan yang menerjang tahun 2013, yang menewaskan lebih dari 5.000 orang dan berdampak terhadap jutaan orang.
Sumber : bbc.com