Laksana, perusahaan karoseri lokal akan mencoba peruntungan dengan mengekspor 1.034 unit bus ke Bangladesh pada September 2018 nanti.
Perusahaan asal Ungaran, Jawa Tengah ini butuh waktu lebih kurang 10 tahun sebelum mulai menjajaki pasar ekspor.
Direktur Laksana Iwan Arman mengatakan dalam kurun waktu yang tidak lama itu setidaknya Laksana telah mengekspor produksinya sebanyak 170 unit. Itu pun hanya untuk satu negara, yaitu Fiji.
“Yang sudah di ekspor sampai sekarang kira-kira 170-an unit lah ke Fiji,” kata Iwan saat ditemui CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Ia menuturkan saat memulai ekspor bukan berarti pihaknya tak memiliki pesaing. Di Fiji, Laksana harus berhadapan langsung dengan perusahaan asal China.
“Kira-kira 10 tahun lalu kami mulai ekspor. Kompetitor itu untuk ekspor kesana dari China. Cuma terakhir mereka yang pakai produk China, banyak yang beralih ke kami,” imbuhnya.
Technical Head Manager Laksana Stefan Arman menjelaskan alasan banyak perusahaan di Fiji yang beralih ke pihaknya karena bus yang dikirim menggunakan chasis dan mesin merek Hino, Scania, dan Mercedes-Benz.
Namun dari ketiganya, Stefan menjelaskan saat ini permintaan pengiriman mulai mengerucut pada mesin dan chasis buatan Scania dan Hino. Bus yang diekspor umumnya berjenis single dnegan ukuran 12 meter dan biasa dipakai untuk kegiatan wisata.
“Hino sama Scania yang familiar di sana. After sales untuk dua merek itu gampang, kalau Mercedes agak sulit mungkin,” imbuhnya.
Stefan mengklaim saat ini baru Laksana yang menjadi satu-satunya perusahaan karoseri asal Indonesia yang mengekspor produknya. Menyoal kandungan dalam negeri yang dipakai, ia menyebut selain chasis dan mesin saat ini komposisinya sudah mencapai 65 persen.
Ekspansi Tujuan Ekspor
Tahun ini, Laksana berencana melakukan ekspansi negara tujuan ekspor. Selain tetap mengekspor produk ke Fiji, pada September mendatang perusahaan menjadikan Bangladesh sebagai tujuan berikutnya.
Iwan mengakui ada kesulitan lebih lantaran konfigurasi stir di Bangladesh ada di sisi kiri. Perusahaan pun harus mengirim langsung chasis dan mesin dari Bangladesh untuk dibuat di pabrik Laksana.
“Mesti ngirim chasisnya dari Bangladesh masuk ke Indonesia. Masuk ke Indonesia kan harus bayar. Kami baru minta fasilitas untuk bebas biaya masuk karena itu kan kita re-ekspor lagi. Ya ini dalam proses ngurus izinnya,” jelas Iwan.
Tantangan lain yang tengah dihadapi perusahaan yakni menyoal kebijakan pemerintah setempat yang lebih memprioritaskan produk sendiri, ketimbang melakukan impor.
Ia pun mengakui menambah negara tujuan ekspor selain Fiji tidak mudah dan membutuhkan waktu.
“Kadang untuk masuk begitu juga tidak semudah itu. Apa lagi kalau mereka di dalam negerinya punya industri yang bagus,” ucapnya.
“Tapi kan biar bagaimana pun juga mereka (negara lain) kepingin melindungi industri dalam negerinya.”
Sumber : CNN.com