Fenomena equinox atau dikenal dengan hari tanpa bayangan yang terjadi pada Maret menjadi penanda titik balik musim semi.

Bagi masyarakat di belahan Bumi utara, equinox menandakan akan datangnya musim panas. Sebaliknya, masyarakat di belahan Bumi akan merasakan musim dingin.

Selain terjadi di bulan Maret, dalam setahun equinox juga menghampiri di bulan September.

Dilansir Time and Date, fenomena equinox pada Maret ini kerap digunakan oleh astronom untuk mengukur tahun tropis atau waktu yang dibutuhkan Bumi untuk menyelesaikan satu orbit tunggal mengelilingi matahari.

Bumi biasanya mengorbit matahari pada poros 23.5 derajat, artinya belahan bumi saling bertukar mendapatkan kehangatan sinar matahari.

Dua kali dalam setahun, orbit Bumi dan kemiringan sumbunya bergabung. Hal ini membuat matahari yang berada tepat di atas garis ekuator akan membentuk garis pemisah antara bagian terang dan gelap (biasa disebut terminator atau zona senja) melalui kutub utara dan selatan.

Mengutip National Geographic, terminator itu tidak dengan sempurna membagi Bumi menjadi bagian gelap dan terang, karena atmosfer Bumi akan membengkokkan diri ke sinar matahari sejauh 60 kilometer.

Dengan kata lain, satu setengah dari planet yang kita huni ini masih sedikit lebih terang dibandingkan lainnya.

Faktanya, Bumi bukan satu-satunya planet yang mengalami fenomena equinox. Semua planet di tata surya mengalami fenomena serupa.

Pada 2009 silam, robot Cassini milik NASA yang mengorbit di sekitar planet Saturnus menangkap titik balik planet cincin itu. Seperti di Bumi, equinox juga terjadi setiap enam bulan atau 15 tahun sekali waktu Bumi.