Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) mengklaim ketiadaan penghapusan jejak data pribadi pengguna platform tertentu adalah untuk pengembangan produk.
Ketua Umum idEA Ignatius Untung mengatakan mekanisme penghapusan data tergantung pada perusahaan. Dia menuturkan tak dihapusnya jejak data itu digunakan untuk pengembangan produk yang dilihat dari perilaku pengguna selama ini.
“Misalnya untuk mengetahui si Budi membeli keperluan kopi tiga kali, belinya setiap tanggal gajian dan malam hari,” kata Untung ketika dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (25/10).
Dia menuturkan jejak data itu untuk mengembangkan produk dari platform.
Tak Bisa Mengolah
Walaupun demikian, dia menegaskan, ada pula platform yang tak menggunakan jejak data karena alasan tak memiliki kemampuan untuk mengolahnya. Selain itu, kata Untung, alasan lainnya adalah persona tertentu itu jumlahnya relatif sedikit.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) sebelumnya menilai sebagian besar perusahaan e-commerce dan aplikasi transportasi daring tak memiliki mekanisme penghapusan data pribadi pengguna.
Peneliti Elsam Wahyudi Djafar mengatakan pihaknya menilai sebagian besar e-commerce maupun perusahaan transportasi berbasis aplikasi masih tak melindungi data pribadi pengguna. Salah satunya, kata dia, adalah tak ada mekanisme khusus untuk penghapusan data pribadi para pengguna.
Riset Elsam pada 2016 misalnya menyebutkan dugaan pelanggaran privasi antar-perorangan meningkat karena penggunaan layanan transportasi berbasis daring. Data yang dimasukkan, contohnya adalah nomor telepon.
“Kita tak pernah tahu seberapa lama data itu digunakan, karena belum ada penghapusan data,” kata Wahyudi dalam diskusi mengenai perlindungan privasi di Jakarta, Kamis.