Serangan Gas Beracun di Suriah, Lebih dari 100 Orang Terluka

0
910

Jakarta, CNN Indonesia — Pemerintah Suriah menuding pemberontak melakukan serangan gas beracun yang melukai lebih dari 100 orang di kota Aleppo.

Dikutip dari Reuters, pemerintah Suriah dan sekutunya Rusia menyebut serangan tersebut dilakukan oleh pemberontak, yang kemudian dibantah.

Serangan menyebarkan bau yang menyebabkan, membuat puluhan orang mengalami masalah pernapasan di Aleppo, kota yang kini berada di bawah kendali pemerintah. Kejadian tersebut, disebut kantor berita SANA tak lama terjadi usai serangan pemerintah Suriah di kota Idlib, wilayah kekuasaan pemberontak yang menewaskan 9 orang.
Kementerian luar negeri Suriah mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk dan menghukum “kejahatan teroris” ini.

Para pejabat pemberontak menolak menggunakan senjata kimia dan menuduh pemerintah Damaskus mencoba menjebak mereka. Kementerian pertahanan Rusia menuduh pemberontak menembakkan peluru yang diisi dengan gas klorin di Aleppo dari kubu pemberontak Idlib.

“Kami tidak dapat mengetahui jenis-jenis gas tetapi kami mencurigai klorin dan merawat pasien atas dasar ini karena gejalanya,” kata Zaher Batal, Kepala Persatuan Dokter di Aleppo kepada Reuters.

Pasien, menurut dia, mengalami kesulitan bernapas, radang mata, menggigil dan pingsan, katanya. Ia menyebut serangan gas ini merupakan yang pertama berdampak pada warga sipil di kota tersebut selama konflik tujuh tahun di negara tersebut.

Gambar dan rekaman di kantor berita tersebut menunjukkan pekerja medis membawa pasien dengan tandu dan membantu mereka dengan masker oksigen.

Abdel-Salam Abdel-Razak, seorang pejabat dari faksi pemberontak Nour el-Din al-Zinki, mengatakan pemberontak tidak memiliki senjata kimia atau memiliki kapasitas untuk memproduksinya.

“Rezim kriminal, di bawah instruksi Rusia, sedang mencoba menuduh pemberontak menggunakan zat beracun di Aleppo. Ini murni bohong,” tulisnya melalui akun Twitter.

Abu Omar, juru bicara Failaq al-Sham, menuduh Damaskus mencoba menciptakan “sandiwara jahat” sebagai dalih untuk menyerang kota-kota pemberontak.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, mengatakan penembakan di Aleppo melukai 94 orang, sementara penembakan pemerintah sebelumnya pada hari Sabtu telah menewaskan sembilan orang di Idlib.

Kelompok pemantau yang berbasis di Inggris mengatakan dua wanita dan tujuh anak tewas di desa Jarjanaz di Idlib, di mana Rusia dan Turki telah menyetujui zona demiliterisasi.

Kekuatan dominan di antara berbagai faksi yang memegang kekuasaan di Idlib adalah Tahrir al-Sham, sebuah aliansi Islam yang dipimpin oleh pejuang yang dulunya terkait dengan al-Qaeda.

Penyelidikan organisasi PBB yang menyelidiki penggunaan senjata kimia (UN OPCW) sebelumnya menemukan bahwa pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia yang menyerang sistem saraf pada serangan April 2017. Suriah juga ditemukan menggunakan klorin beberapa kali dalam serangannya. Namun, pemerintahan Assad berkali-kali membantah tudingan tersebut.