ITU (International Telecommunications Union) dan WHO (World Health Organization) akan menetapkan standar keamanan suara yang aman untuk pendengaran dari smartphone dan perangkat audio lainnya.
Standar yang disebut The Safe ini akan menetapkan standar yang diperbolehkan untuk perangkat yang membutuhkan pendengaran. Standar ini akan melacak tingkat volume dan durasi seseorang saat terpapar audio. Standar ini juga akan digunakan untuk mengevaluasi resiko terhadap pendengaran pengguna.
WHO mempertimbangkan volume di atas 85 desibel selama delapan jam atau 100 desibel selama 15 menit sudah tidak aman bagi pendengaran. Jalanan yang ramai dipertimbangkan sebagai kebisingan setara dengan 80 desibel. Sementara suara mesin pabrik atau konstruksi bangunan disebut setara dengan 100 desibel.
Sistem ini akan memberi peringatan kepada penggunamm jika mereka memiliki kebiasaan mendengar audio dengan volume dan durasi yang tidak aman. Sebagai pencegahan, WHO juga mendorong orang tua dan pengendali audio otomatis pada perangkat tersebut.
Saat ini, fitur pengendali audio itu memang sudah ada di beberapa smartphone dan perangkat lainnya. Tapi WHO menginginkan adanya keseragaman standar untuk membantu melindungi pengguna dari resiko berkurangnya atau hilangnya pendengaran.
“Saya kira ini seperti berkendara di jalan tol, tapi tanpa menggunakan speedometer di mobil atau batas kecepatan,” jelas Shelly Chadha dari WHO kepada wartawan di Geneva, seperti dikutip AFP, Selasa (12/2).
“Apa yang kami tawarkan adalah melengkapi smartphone Anda dengan speedometer, sistem yang akan mengukur dan memberitahu berapa banyak suara yang sudah Anda dengar dan akan memberitahu jika Anda sudah melewati batas.”
Lembaga kesehatan PBB ini memperingatkan saat ini terdapat lebih dari satu miliar anak muda usia 12 hingga 35 tahun yang beresiko rusak pendengarannya akibat penggunaan smartphone dan perangkat audio yang berlebih. Sehingga WHO menawarkan standar keamanan baru untuk tingkat volume audio yang aman.
Para pengguna mesti menyadari begitu mereka kehilangan pendengaran, maka kemampuan itu sulit untuk dipulihkan. Saat ini lima persen dari total penduduk bumi menderita gangguan pendengaran. Ini berarti sekitar 466 juta orang termasuk 34 juta anak-anak menderita kehilangan pendengaran.
Namun, WHO tidak menyebut berapa dari mereka yang kehilangan pendengaran akibat perangkat audio. WHO bersikeras standar baru yang dikembangkan bersama ITU akan menjaga anak muda dari kebiasaan yang mereka gemari itu.