Menteri Jepang untuk urusan olimpiade dan paralimpik, Yoshitaka Sakurada, meminta maaf secara terbuka karena Kamis (21/02) lalu terlambat tiga menit saat menghadiri rapat kerja dengan parlemen.
Anggota parlemen dari kubu oposisi menyebut keterlambatan Sakurada menunjukkan sikap tidak hormat serta menyebabkan rapat komite anggaran tertunda lima jam akibat protes.
Para anggota legislatif itu sangat marah terhadap Sakurada yang mereka sebut melakukan sejumlah kesalahan berturut-turut.
Pekan lalu Sakurada menyatakan kekecewaannya setelah perenang andalan Jepang di olimpiade, Rikako Ikee, didiagnosa mengidap leukemia.
“Dia adalah calon peraih medali emas (di Olimpiade Tokyo 2020), seorang atlet yang sangat kami harapkan. Saya sangat kecewa,” ujar Sakurada saat itu.
Tak lama setelah pernyataan itu, Sakurada didesak meminta maaf.
Tahun 2016, Sakurada juga memicu kemarahan publik karena menyebut para perempuan yang dipaksa memberikan layanan seksual pada prajurit Jepang saat perang dunia sebagai ‘pelacur profesionial’.
Tak cuma itu, tahun 2017, Sakurada yang juga menjabat menteri urusan keamanan siber mengaku tak pernah mengoperasikan komputer. Ia mengaku selalu mendelegasikan tugasnya kepada bawahan.
Kelompok oposisi pun terus mendesak Sakurada lengser dari pemerintahan.
Meski terlambat hadir dalam rapat tak dianggap sebagai kesalahan kultural yang mengerikan, oposisi menyebut insiden terakhir sebagai bagian ak terpisahkan dari segala kesalahan Sakurada.
Dalam jajak pendapat terkait kompetensi Sakurada, 65% responden di Jepang menyebutnya tak pantas menyandang jabatan menteri. Survei itu diterbitkan koran Asahi Shimbun, pekan lalu.
Sakurada ditunjuk menjadi menteri urusan Olimpiade Oktober 2018. Salah satu tugasnya adalah mencegah serangan siber menganggu olimpiade yang bakal digelar di Tokyo tahun 2020.