Kementerian Komunikasi dan Informasi menggandeng Prosa, sebuah startup pengembang natural language processing terkait dengan mengembangkan Chatbot Antihoaks.
Chatbot Antihoaks merupakan piranti lunak berupa program komputer yang dirancang untuk menjawab setiap pertanyaan masyarakat mengenai informasi yang masih diragukan kebenarannya.
Namun, chabot ini baru bisa dinikmati para pengguna aplikasi Telegram. Chatbot Antihoaks dapat terkoneksi melalui akun @chatbotantihoaks.
“Chatbot umpama nya seperti menerima informasi lalu pengguna meragukan tentang isinya, kita copy [link artikel berita] nanti kita akan memverifikasi data apakah ini hoaks atau tidak,” kata CEO Prosa Teguh Eko Budiarto saat acara pengenalan chatbot di kantor Kominfo, Jakarta, Jumat (12/4).
“Nanti kita jelaskan lebih detail kenapa itu (tautan artikel berita) itu hoaks dan kita kasih artikel yang benar dan masyarakat bisa baca,”
Menggandeng Platform Lain
Direktur Jendral Aplikasi Informatika (APTIKA) Kemenkominfo Semuel Abrijani Pangerapan yang juga turut hadir pada acara peluncuran Chatbot Antihoaks mengatakan, informasi klarifikasi hoaks yang disajikan melalui chatbot berasal dari pangkalan data Mesin AIS Kemenkominfo.
“Alat ini sebenernya memberikan channel, ini proses verifikasi hoaks nya ini sudah dilakukan proses terlebih dahulu nanti database-nya dari Mafindo, dari Kominfo (Mesin AIS) laporan dari masyarakat itu sudah terverifikasi,” jelasnya.
Selain itu kata Semuel, walaupun saat ini hanya pengguna Telegram yang dapat menikmati layanan Chatbot Anti Hoaks tetapi Kemenkominfo juga tengah melakukan pembicaraan dengan platform pesan instan lain seperti WhatsApp dan Line.
“Kapan ke yang lainnya? Segera karena kita punya mekanisme lain yang harus dibicarakan, nanti kami akan bicarakan dengan Line dan WhatsApp dan lain. Harapannya dalam waktu dekat kalau bisa seminggu atau dua minggu ini bisa terwujudkan,” pungkasnya.
Lalu Teguh menambahkan, meskipun WhatsApp telah bekerja sama dengan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dengan menggalangkan seruan ‘Turn Back Hoax’ tetapi pihaknya akan tetap terbuka untuk menjalin kerja sama.
Menurut Teguh, pihak WhatsApp telah bersedia menyediakan koneksinya ke Chatbot Anti Hoaks.