Google menyebut layanan gim streaming Stadia akan mulai dirilis pada November. Perusahaan itu juga mengumumkan 14 negara yang kebagian menikmati layanan gim premium berlangganan ala Netflix tersebut.

Namun, Indonesia tidak ada dalam daftar negara yang bakal menyicipi gim berbasis awan (cloud) yang diakses dengan streaming tersebut. Sebab, Stadia akan diluncurkan di Amerika Serikat, Inggris, Belgia, Kanada, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Irlandia, Italia, Belanda, Norwegia, Spanyol dan Swedia.

Para pelanggan Stadia akan memiliki akses ke beberapa pemainan gratis dan bisa membeli beberapa gim blockbuster pada platform ini.

Judul gim gratis pertama adalah gim tembakan Destiny 2 dari pengembang gim Bungie. Beberapa judul gim populer juga tersedia, seperti Assassin’s Creed Odyssey dan Ghost Recon Breakpoint.

Untuk bisa menikmati layanan gim streaming ini, pengguna butuh perangkat hardware yang dijual US$129 (Rp1,8 juta; kurs 1US$=Rp 14.189,55). Pemain lantas perlu membayar biaya langganan bulanan US$9,99 (Rp140.476).

Sementara untuk pengguna di Eropa, perangkat dijual seharga 129 euro (Rp2 juta; kurs 1 euro= Rp16 ribu) dan biaya langganan bulanan 9,99 euro (Rp158.432).

Google meluncurkan layanan ini mengikuti kesuksesan bisnis model layanan streaming film Netflix. Sehingga, pengguna bisa mengakses gim yang tengah mereka mainkan di perangkat apapun, ponsel atau komputer.

Layanan berbasis cloud ini digadang-gadang bisa mengganggu para pemain gim besar. Sebab, diperkirakan pengguna bakal malas untuk bermain gim di konsol atau mengunduh dan mengakses perangkat lunak gim dari CD.

Saat mengumumkan Stadia awal tahun ini, CEO Google Sundar Pichai mengatakan Stadia dibangun untuk memberikan platform gim bagi semua orang.

Google berharap Stadia bisa menjadi Netflix atau Spotify-nya para gamers, yang bisa menyediakan permainan berkualitas dengan konsol yang tersedia secara luas.

Namun masih belum jelas berapa banyak cuan yang bisa diraup Google dari industri yang berpotensi besar ini. Selain memproduksi gim sendiri, Google juga akan mendekati studio lain untuk pindah ke model berbasis cloud.