Hong Kong: Massa Bertopeng Menyerbu Stasiun Kereta, Puluhan Orang Terluka

0
777

Sekelompok pria bertopeng yang dipersenjatai tongkat menyerbu stasiun kereta api di distrik Yuen Long, Hong Kong, Minggu (21/07).

Rekaman video yang diunggah di media sosial memperlihatkan sekelompok pria, yang semuanya mengenakan kaus putih, melakukan kekerasan terhadap orang-orang di peron dan di dalam gerbong kereta.

Setidaknya 36 orang terluka dalam insiden tersebut, demikian laporan media setempat.

Serangan gerombolan itu terjadi menyusul unjuk rasa pro-demokrasi terbaru di pusat Hong Kong, yaitu lokasi saat aparat polisi anti huru-hara menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah para pengunjuk rasa.

Tidak jelas siapa gerombolan bertopeng tersebut atau apa motif di balik serangan itu.

Dalam pernyataannya, pemerintah mengatakan bahwa di distrik Yuen Long “ada beberapa orang berkumpul di peron stasiun MTR dan di dalam gerbong kereta, dan menyerang penumpang”.

“Ini benar-benar tidak dapat diterima bagi Hong Kong yang masyarakatnya mematuhi aturan hukum. Pemerintah SAR (Daerah Administratif Khusus) sangat mengutuk setiap kekerasan dan secara serius akan mengambil tindakan penegakan hukum.”

Polisi Hong Kong juga mengatakan: “Beberapa orang menyerang penumpang di peron stasiun MTR Yuen Long dan di dalam gerbong kereta, yang mengakibatkan banyak orang cedera.”

Sekelompok orang menyerbu stasiun MTR Yuen Long sekitar pukul 22:30 waktu setempat, beberapa jam setelah bentrokan antara demonstran dan polisi di wilayah Sheung Wan.

Yuen Long adalah distrik di pinggiran Hong Kong, dan jauh dari lokasi unjuk rasa pro-demokrasi.

Apa yang terjadi pada pawai pada hari Minggu?

Polisi antihuru-hara menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah pengunjuk rasa di Hong Kong dalam unjuk rasa besar-besaran pro-demokrasi.

Tindakan ini diambil polisi, karena mereka menuduh demonstran yang melemparkan pertama kali benda-benda keras ke arah polisi.

Polisi mengubah rute unjuk rasa dan menghadang mereka di Wan Chai agar tidak bergerak menuju kawasan Central, tempat kantor-kantor pemerintah utama berada.

Sekitar 4.000 petugas polisi dikerahkan untuk menghalau unjuk rasa.

Penyelenggara unjuk rasa mengklaim bahwa demo pada Minggu dihadiri lebih dari 430.000 orang, tetapi polisi menyatakan peserta unjuk rasa sekitkar 138.000 orang.

Unjuk rasa massal telah digelar selama berminggu-minggu, awalnya terkait kesepakatan ekstradisi dengan China daratan, namun kini isunya meluas, yaitu membahas persoalan tentang demokrasi di Hong Kong.

Pada Minggu malam, polisi anti huru hara yang dilengkapi topeng dan perisai terlihat berkerumun di hadapan para demonstran yang mendekati terminal feri di pulau utama.

Foto-foto di luar kantor penghubung, gedung pemerintah pusat China, menunjukkan tanda-tanda yang dicoreti grafiti. Salah satu slogannya berbunyi: “Kamu mengajari kami pawai damai yang tidak berguna.”

Beberapa pengunjuk rasa juga menutupi kamera CCTV di luar kantor polisi dengan cat semprot.

Unjuk rasa terbaru ini akhirnya dibubarkan setelah sejumlah besar bahan peledak ditemukan bersama dengan selebaran protes.

Pada Sabtu (20/07), aksi unjuk rasa mendukung polisi dan menentang aksi kekerasan berhasil menarik puluhan ribu orang peserta.

Unjuk rasa, yang diwarnai tembakan gas air mata, peluru karet, upaya menguasai gedung parlemen, serta bentrokan sporadis telah menciptakan krisis terburuk dalam sejarah Hong Kong.

Sejak saat itulah pemerintah Hong Kong menghentikan sementara membahas RUU ekstradisi.

Bekas koloni Inggris itu adalah bagian dari China, tetapi dijalankan di bawah pengaturan “satu negara, dua sistem” yang menjamin adanya otonomi.

Hong Kong memiliki peradilan sendiri, dan sistem hukum independen dari intervensi Cina daratan.