Arab Saudi Pangkas Produksi Minyak dan Gas Karena Serangan Drone pada Kilang Minyak Terbesarnya

0
721

Arab Saudi memangkas produksi minyak dan gas menyusul serangan drone terhadap dua fasilitas minyak utamanya, yang dijalankan oleh perusahaan milik negara Aramco.

Menteri Energi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan serangan tersebut telah mengurangi produksi minyak mentah sebesar 5,7 juta barel per hari—sekitar setengah dari produksi kerajaan.

Seorang juru bicara pemberontak Yaman Houthi mengatakan telah mengerahkan 10 drone dalam serangan itu.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyalahkan Iran atas serangan ini dan engatakan tidak ada bukti bahwa serangan berasal dari Yaman.

Saudi memimpin koalisi militer – disokong Barat – yang mendukung pemerintah Yaman, sementara Iran mendukung kelompok pemberontak Houthi.

Dalam pernyataan yang dirilis kantor berita Saudi Press Agency (SPA), Pangeran Abdulaziz mengatakan serangan itu “mengakibatkan produksi di pabrik Abqaiq dan Khurais dihentikan sementara”.

Ia mengatakan bahwa sebagian dari kekurangan itu akan dikompensasi dengan menggunakan stok minyak Aramco.

Situasi di kedua fasilitas terkendali, kata CEO Aramco Amin Nasser. Ia menambahkan bahwa tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dalam serangan tersebut.

Dalam sebuah twit, Menlu AS, Mike Pompeo menggambarkan serangan tersebut sebagai “serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pasokan energi dunia”.

“Kami berseru kepada semua negara untuk secara terbuka dan tegas mengecam serangan Iran,” Pompeo menambahkan.

AS akan bekerja dengan sekutunya untuk memastikan pasar energi tetap tersuplai dengan baik dan “Iran bertanggung jawab atas agresinya”, imbuhnya.

Ketegangan antara AS dan Iran meningkat sejak tahun lalu Presiden Trump menarik Amerika mundur dari kesepakatan yang membatasi kegiatan nuklir Iran, dan menerapkan kembali sanksi.

Juru bicara Houthi, Yahya Sarea, mengatakan kepada TV al-Masirah, yang dimiliki oleh gerakan Houthi dan berbasis di Beirut, bahwa Saudi bisa mengharapkan serangan lebih lanjut di masa depan.

Ia mengatakan bahwa serangan pada hari Sabtu (14/09) adalah salah satu operasi terbesar yang pernah dilakukan pasukan Houthi di Arab Saudi, dan bisa terlaksana berkat “kerja sama dengan orang-orang terhormat di dalam kerajaan”.

Siaran televisi menunjukkan kobaran api besar di Abqaiq, situs pabrik pengolahan minyak terbesar Aramco, sementara serangan dron kedua menyulut kebakaran di ladang minyak Khurais.

“Pada pukul 04:00 (08:00 WIB), tim keamanan Aramco mulai menangani kebakaran di dua fasilitasnya di Abqaiq dan Khura sebagai akibat dari … serangan dron,” lapor Saudi Press Agency (SPA) melaporkan.

“Kedua kebakaran telah dikendalikan.”

Belakangan, SPA melaporkan bahwa Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman telah berkata kepada Presiden AS Donald Trump dalam percakapan telepon bahwa kerajaan itu “siap dan mampu untuk menghadapi dan menangani agresi teroris ini”.

Gedung Putih mengatakan Trump telah menawarkan dukungan AS untuk membantu Arab Saudi mempertahankan diri.

Dalam sebuah pernyataan tertulis, utusan PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, menyebut serangan ini “sangat mengkhawatirkan” dan menyerukan semua pihak dalam konflik Yaman untuk menahan diri.

Abqaiq berjarak sekitar 60 km arah barat daya dari Dhahran di Provinsi Timur Arab Saudi, sementara Khurais, sekitar 200 km lebih jauh ke barat daya, merupakan lokasi ladang minyak terbesar kedua di negara itu.

Pasukan keamanan Saudi menggagalkan upaya al-Qaeda untuk menyerang fasilitas Abqaiq dengan bom bunuh diri pada tahun 2006.