Ketua Bidang Ekonomi Digital Asosiasi Ecommerce Indonesia (idEA) Bima Laga mengungkapkan salah satu masalah utama yang harus dihadapi perusahaan rintisan (startup) ialah masih beredarnya link phising dan scamming (penipuan).
Bima sempat mencontohkan kasus scamming yang dialami salah satu startup ecommerce yakni Bukalapak. Saat itu, pelaku membuat situs www.lokalhouse.com dan didesain mirip situs resmi Bukalapak.
“Bukalapak pernah menghadapi scamming yakni ada situs www.lokalhouse.com tapi tampilannya mirip Bukalapak. Kalau orang tidak sadar, mereka dapat link phising lalu diklik, mereka akan tertipu,” ucapnya saat sesi diskusi Peluang dan Tantangan Ruang Siber Indonesia di Jakarta, Rabu (4/12).
Selain kasus phising dan scamming, Bima juga menyoroti kasus lain seperti memberikan kode OTP (one true pairing) kepada seorang oknum. Padahal, kode OTP dilarang keras untuk dibagikan kepada orang lain.
“Kita sekarang sudah meningkatkan kode OTP untuk log in dan melakukan pembayaran tapi masih banyak konsumen yang tertipu. Masih banyak yang mengadu, mereka ditelepon customer service bank yang meminta nomor rekening dan dikirim kode OTP,” terangnya.
“Mereka ditelepon oleh customer service bank yang hampir sama dengan nomor telepon customer service resmi. Akhirnya mereka tanpa berpikir panjang langsung memberikan kode OTP,” sambung Bima.
Maka dari itu, Bima mendorong kepada pemerintah untuk terus mengalakan literasi digital kepada masyarakat agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan.
Sebelumnya, perusahaan solusi keamanan siber Kaspersky Lab merilis laporan terkait lonjakan serangan penipuan finansial dengan teknik phising. Hal ini berdasarkan pantauan perusahaan pada penjualan 11 November tahun lalu.
Phising penipuan finansial ini dilakukan dengan mengirimkan surel ataupun menyebar tautan lewat pesan teks. Kaspersky memperkirakan serangan serupa akan dilakukan tahun ini. Sehingga disarankan para pemburu diskon agar berhati-hati dengan email dan pesan terkait promo 11.11.
Kaspersky mencatat jumlah rata-rata serangan phising finansial mengalami fluktuasi sekitar 350 ribu per hari di bulan Oktober. Kemudian, beberapa hari sebelum 11 November 2018, lonjakan serangan naik drastis jadi 950 ribu serangan.
Para peneliti Kaspersky juga menemukan aplikasi e-commerce palsu bertebaran. Terutama aplikasi toko e-commerce yang memiliki penawaran khusus untuk tanggal 11 November. Sebab pencarian untuk aplikasi-aplikasi ini secara umum memang cukup tinggi.
Pada 2019, sebanyak 83 persen dari toko online palsu ini menyamar sebagai marketplace asal Asia. Sementara pada tahun 2018 jumlahnya mencapai 93 persen.