Beberapa pekan lalu, China masih berjuang melawan wabah virus corona, penyakit yang berawal dari Wuhan.
Saat China menghadapi kondisi kritis pada Februari lalu, pemerintah di Beijing menerima bantuan masker dan peralatan medis dari hampir 80 negara dan 10 organisasi internasional.
Sekarang, kasus penularan baru di dalam negeri menurun drastis hingga satu digit saja, yang membuat China bisa mengalihkan sumber daya dengan mengirim bantuan ke negara-negara lain, yang kewalahan menghadapi wabah.
Mereka yang menerima bantuan antara lain adalah Jepang, Irak, Spanyol, Peru dan Italia, negara di Eropa yang paling parah terdampak wabah.
Hingga Senin (23/03) pagi, angka kematian di Italia mencapai lebih dari 5.400 orang. Secara global, lebih dari 13.000 orang meninggal dunia akibat virus ini.
Bantuan dari China antara lain diatur oleh Palang Merah di negara tersebut, yang berkoordinasi secara langsung dengan Palang Merah Italia.
“Dalam masa-masa sulit seperti ini, kami sangat lega mendapatkan pasokan [dari China]. Memang bantuan ini bersifat sementara, namun tetap saja penting,” kata Francesco Rocca, ketua Palang Merah Italia.
“Kami sangat memerlukan masker. Kami butuh respirator yang akan kami serahkan ke pemerintah. Jadi bantuan [dari China] ini sangat penting bagi negara kami,” tambah Rocca.
Wabah telah membuat rumah-rumah sakit di Italia kewalahan. Stok peralatan medis menipis.
Langkah China membantu negara-negara lain dalam menghadapi wabah virus corona dipandang sebagai upaya Beijing untuk mengukuhkan diri sebagai salah satu kekuatan global.
Beberapa pihak mengatakan, China bisa melakukannya karena punya pengaruh dan sumber dana yang memadai.
Apa tanggapan Italia atas kemungkinan China “memanfaatkan krisis” untuk menguatkan posisinya di panggung internasional?
“Saya tidak tahu dan saya tak peduli,” kata mantan menteri Italia, Michele Geraci, dalam satu wawancara, seperti dikutip New York Times.
Ia mengatakan yang penting sekarang ini adalah menyelamatkan nyawa rakyat.
Ia menambahkan kalau memang ada negara yang khawatir dengan tindakan China, mestinya negara itu yang mengulurkan bantuan ke negara-negara lain yang membutuhkan.
Swasta juga bantu
Selain Italia, negara-negara lain juga menerima bantuan China dalam bentuk dua juta masker bedah, 200.000 masker N95, dan 50.000 alat uji virus corona.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan Januari lalu Uni Eropa mengirim 50 ton bantuan medis ke China.
Sekarang giliran China membantu Uni Eropa, kata Ursula von der Leyen.
“Kami sangat berterima kasih dengan dukungan dari China. Kita harus saling membantu dalam masa-masa sulit seperti ini,” kata Ursula von der Leyen dalam pesan melalui Twitter.
Yang juga menerima bantuan China adalah Yunani, berupa 500.000 masker bedah dan peralatan, termasuk alat pelindung diri.
Bantuan ini diserahkan oleh duta besar China di Athena kepada Menteri Kesehatan Yunani.
Bantuan juga dikirim oleh pihak swsta.
Pebisnis kenamaan China, Jack Ma, menawarkan 500.000 alat uji dan satu juta masker untuk Amerika Serikat.
Peralatan medis di AS juga terbatas. Padahal, Februari lalu, AS menerbangkan 17 ton bantuan medis ke Wuhan.
Pernyataan yang dikeluarkan organisasi sosial yang dipimpin Jack Ma mengatakan bahwa situasi saat ini memerlukan kerja sama antarnegara.
Jack Ma mengirim bantuan ke banyak negara, termasuk ke 54 negara di Afrika.