Program pembuatan ventilator yang diprakarsai oleh ITB, Universitas Padjadjaran dan Rumah Amal Salman memasuki tahap akhir. Sudah lebih dari 500 Vent-I tersebar hampir ke seluruh Indonesia.
Konsultan medis tim Vent-I dokter Ike Sri Redjeki menyebut Vent-I sudah layak digunakan oleh rumah sakit, bahkan untuk pribadi. Ike menyebut saat ini publik dihadapi oleh covid-19 yang menyerang saluran napas. Sehingga dibutuhkan ventilator yang memang cocok untuk pasien covid-19.
“Covid-19 ini bergerak dari kelainan ringan ke berat. Penyakit ini tidak hanya di kota besar, tapi juga sampai ke pelosok, sehingga kita harus memikirkan suatu alat untuk dibagikan ke pelosok dan mudah digunakan,” kata Ike
Menurutnya, Vent-I sangat mudah untuk digunakan. Bahkan cara penggunaannya pun bisa dilakukan tidak hanya oleh dokter ahli, tapi juga dokter umum, perawat, hingga pasien sendiri.
“Di sini hanya ada satu mode saja, sehingga bisa digunakan oleh siapa saja. Sebenarnya alat ini bisa digunakan oleh pasien gangguan napas,” kata Ike.
Menurutnya, Vent-I digunakan bukan saat keadaan pernapasan pasien sudah gawat. Tapi ketika pasien sudah merasakan sesak napas. Sehingga pasien bisa bernapas sebelum keadaannya semakin gawat.
“Kalau ventilator biasa yang ada di ICU, untuk belajar menggunakannya itu bukan hanya satu atau dua minggu, karena sulit dioperasikannya. Jadi dibutuhkan keterampilan dan kompetensi yang khusus,” katanya.
Vent-I pun sudah memiliki izin dari Kemenkes. Tidak hanya itu Vent-I sudah melewati uji klinis.
“Uji klinis ini harus melalui uji coba pada pasien dan sudah lulus juga. Tinggal dibuat produksi secara massal,” kata Ike.