Terpukul di Awal Pandemi dan Sukses Menekan Infeksi, Italia Kini Hadapi Lonjakan Baru

0
647

Italia mengumumkan serangkaian langkah baru untuk membatasi aktivitas warga di tengah lonjakan kasus virus korona.

PM Giuseppe Conte yang mengenakan masker mengatakan langkah-langkah itu diperlukan “untuk menghindari penerapan karantina wilayah”.

Wali kota diberi kewenangan untuk menutup area publik setelah pukul 21:00 dan jam buka restoran serta jumlah kelompok yang diizinkan masuk akan diperketat.

Kebijakan itu diambil setelah Italia mencatat tingkat infeksi harian tertinggi dua berturut-turut.

Sebanyak 11.705 kasus baru diumumkan pada hari Minggu, mengalahkan rekor sebelumnya, pada hari Sabtu di angka 10.925.

Italia adalah negara Eropa yang paling terpukul pada awal pandemi. Sekarang negara itu mencatat 414.000 kasus Covid-19 dengan 36.500 kematian, menempatkannya di urutan kedua setelah Inggris di Eropa.

Apa yang Conte katakan?

Perdana menteri mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi pada Minggu malam: “Kita tidak dapat membuang waktu, kita harus melakukan tindakan untuk menghindari lockdown secara umum, yang dapat sangat membahayakan ekonomi.

“Pemerintah ada di sini, tetapi setiap orang harus melakukan bagian mereka.”

Dia menambahkan: “Tindakan yang paling efektif adalah dengan menerapkan tindakan pencegahan dasar: memakai masker, jaga jarak dan menjaga kebersihan tangan.

“Kita harus memperhatikan situasi di mana kita lengah -saat bersama dengan kerabat dan teman. Dalam situasi ini, tindakan pencegahan maksimum diperlukan.”

Apa kebijakan di Italia lainnya?

  • Kebijakan di sekolah akan berdampak pada siswa-siswa di sekolah menengah dan pembelajaran jarak jauh direkomendasikan
  • Bar dan restoran diminta tutup pada tengah malam, tetapi setelah pukul 18:00 hanya layanan meja yang diizinkan. Satu grup pengunjung maksimal enam orang.
  • Konferensi dan festival ditangguhkan
  • Olahraga amatir yang melibatkan kontak fisik dekat dihentikan
  • Gym dan kolam renang harus beradaptasi dengan protokol baru dalam waktu tujuh hari

Bagaimana Eropa mengatasi lonjakan kasus?

Sejumlah negara di Eropa telah menerapkan sejumlah kebijakan akibat apa yang disebut sebagai “gelombang kedua” infeksi Covid-19.

Prancis mencatat rekor jumlah kasus baru pada hari Sabtu sebanyak 32.427 dan hampir 30.000 pada hari Minggu.

Namun, kenaikan dalam kasus yang dikonfirmasi di Eropa harus disandingkan pula dengan fakta pengujian yang meningkat pesat dibandingkan dengan gelombang besar pertama di bulan Maret.

Sembilan kota besar di Prancis, termasuk ibu kota Paris, menerapkan jam malam pukul 21:00 hingga 06:00 setidaknya selama sebulan.

Siapapun yang keluar harus memiliki alasan yang kuat atau mereka bisa didenda sebanyak € 135 (Rp2,3 juta).

Mulai Senin, semua bar dan restoran di Belgia akan tutup selama empat minggu, dan jam malam akan diberlakukan dari pukul 00: 00-05: 00. dengan penjualan alkohol dilarang setelah pukul 20:00.

“Saya sepenuhnya sadar bahwa kebijkan itu sangat, sangat berat,” kata Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo. “Beberapa minggu mendatang akan sangat sulit tetapi kita harus mengambil langkah-langkah itu untuk menghindari yang lebih buruk.”

Swiss bereaksi terhadap peningkatan tajam kasus virus corona pada hari Minggu, dengan mewajibkan penggunaan warga memakai masker di ruang publik mulai hari Senin (19/10). Pertemuan lebih dari 15 orang di tempat umum juga dilarang.

Republik Ceko pada hari Minggu mengatakan akan menunggu dua minggu sebelum memutuskan apakah karantina wilayah penuh diperlukan.

Negara itu saat ini memiliki tingkat infeksi virus korona tertinggi di Eropa dan telah menutup sebagian besar sektor perhotelan dan telah menerapkan pembelajaran jarak jauh.

Irlandia akan mengumumkan pembatasan yang lebih ketat pada hari Senin. Seorang menteri mengatakan kebijakan lokal tidak cukup dan menyiratkan bahwa kabinet sedang melihat pendekatan “tingkat empat” untuk menutup semua bisnis yang tidak penting.

Jerman mencapai rekor jumlah kasus terbaru pada hari Sabtu dan Kanselir Angela Merkel mendesak orang-orang untuk tinggal di rumah dan menghindari perjalanan jika memungkinkan.

Di Belanda, PM Mark Rutte mengakui dia seharusnya memberikan nasihat yang lebih baik kepada keluarga kerajaan yang dikritik sejumlah warga karena berlibur ke Yunani setelah pemerintah menerapkan karantina wilayah parsial. Raja Belanda pun segera kembali ke negeranya karena penolakan warga.