Sejak kehadirannya sekitar 11 tahun lalu, tak bisa dipungkiri WhatsApp jadi pilihan untuk bertukar pesan atau chattingan antar pengguna internet. Namun berjalannya waktu, platform itu berubah jadi sebuah tempat berbelanja.
Saat ini bukan hal aneh melihat nama besar brand fashion seperti Miu Miu, Burberry dan Valentino memasarkan produknya di WhatsApp. Perusahaan itu memberikan informasi pada para pelanggannya secara lebih personal.
“Ini jadi kebiasaan untuk penjualan. Saat dan setelah lockdown, brand mewah tersebut menggunakan media sosial dan pesan instan untuk menjalin hubungan yang lebih personal dengan para pelanggannya,” ungkap Mitra Bain & Company.
Penjualan yang lebih personal ini didorong oleh WhatsApp, karena jadi satu-satunya cara mendapatkan penghasilan. Platform itu cukup berbeda dari media sosial, sebab tak mengumpulkan data pribadi pengguna untuk menargetkan iklan.
WhatsApp juga terus meningkatkan pengalaman berbelanja para penggunnya. Beberapa waktu lalu, terdapat penambahan tombol belanja ke katalog produk serta diletakkan pada cart agar orang bisa memiliki produk sekaligus dan mengirimkannya dalam satu pesan.
Senior Analyst of Insider Intelligence di Insider Intelligence, Jasmine Enberg menyatakan jika Facebook akan meningkatkan proposisi perusahaannya ke brand mewah fashion. Menurutnya industri itu selalu berhasil untuk mengajak orang berbelanja.
“Pastinya fashion jadi bagian besar untuk membuat belanja bisa berhasil karena menjadi bagian besar untuk ecommerce dan cocok dalam pengalaman personal,” ungkapnya.
Perkembangan WhatsApp jadi tempat berbelanja juga tak main-main. Head of Business Products WhatsApp, Ajit Varma menyatakan jika tiap harinya ada lebih dari 175 juta orang mengirim pesan ke akun bisnis platform itu.
“Di seluruh dunia, WhatsApp telah menjadi toko untuk bertanya, berdiskusi dan pembelian. Kami pikir WhatsApp bisa menjadi cara terbaik para pelaku bisnis untuk menyelesaikan bisnis,” kata Varma.