WNI Termasuk Jutaan Orang yang Terdampak Musim Dingin Ekstrem di Texas

0
506

Sekitar tujuh juta orang di negara bagian Texas diminta untuk merebus air keran sebelum dikonsumsi di tengah cuaca ekstrem yang menyebabkan mati listrik.

Gelombang cuaca ekstrem di wilayah selatan Amerika Serikat itu menyebabkan paling tidak 24 orang meninggal dan jutaan lainnya mengalami mati listrik di tengah cuaca membeku.

Mati listrik terjadi di sebagian besar Texas dan dari jutaan orang yang terdampak termasuk sejumlah warga negara Indonesia, yang bercerita mereka “menyalakan lilin” dan mengenakan jaket tebal.

Cuaca membeku juga menyebabkan pipa air bocor.

Pembangkit tenaga listrik kewalahan dalam memenuhi kebutuhan listrik untuk lampu dan pemanas di tengah suhu paling dingin dalam lebih 30 tahun lalu, dengan suhu terdingin sampai -18C pekan ini,

Cuaca ekstrem ini akan berlanjut sampai akhir pekan.

Kematian warga disebabkan oleh badai salju yang terjadi di Texas, Louisiana, Kentucky, North Carolina dan Missouri.

Cerita WNI yang terdampak

Eka Clarawati yang tinggal di Houston bersama keluarganya termasuk satu di antara jutaan orang di Texas yang terdampak.

Eka tinggal di apartemen dan mengalami mati listrik selama beberapa hari dan “terpaksa menggunakan lilin”, tanpa pemanas, dan mengenakan jaket tebal.

“Dari Minggu malam sudah sangat dingin, Senin pagi listrik mati, tak ada aliran gas, tak ada lampu, tak bisa menyalakan heater (penghangat) tapi air masih bisa, pagi-pagi keluar cari makan, semuanya tutup, yang buka hanya pompa bensin,” cerita Eka kepada BBC News Indonesia.

“Akhirnya kami di rumah dan malam kami menggunakan lilin untuk penerangan. Baru pertama kami mengalami mati listrik sejak tinggal di Texas pada 2003.

“Mati lampu dan tak bisa masak karena semua tergantung listrik, mobil sempat dua hari lalu masih bisa distater, tapi mau coba pergi sudah mati,” cerita Eka kepada BBC News Indonesia.

“Teman-teman lain juga kena giliran. Dua hari lalu, aku ke rumah teman yang masih nyala, sehari setelah itu, tempat dia giliran mati listrik, apartemen aku sekarang sudah nyala,” tambahnya.

Eka Kristanto, ketua masyarakat Muslim Indonesia di Houston, sempat berkeliling kota dan menyaksikan “begitu banyaknya rumah-rumah yang mati listrik. Seperti kota mati.”

“Ada beberapa gerai fast food yang buka, antreannya luar biasa,” kata Eka.

Eka Kristanto tak mengalami mati listrik namun mengatakan, “Banyak teman WNI yang mati listrik (rumahnya). Dari cerita teman teman yang tidak ada listrik, mereeka pakai baju berlapis lapis. Rata-rata tidak mau ke hotel karena Covid-19. Hotel juga banyak yang mati lampu, pompa bensin banyak tutup.”

“Yang buat kita (yang ada lsitrik) merasa susah hati karena khawatir Covid kalau mengundang mereka yang tidak ada listrik untuk nginap di rumah.”

“Baru kali ini ekstrem dinginnya. Biasanya cuma maksimum 0 derajat Celcius, itupun cuma sehari,” tambah Eka yang sudah 11 tahun tinggal di Houston.

Warga AS, Chuck Hairston yang tinggal di Forth Worth, sempat mati listrik selama 31 jam.

Ia mengatakan keluarganya – dengan dua anak kecil, tidur di samping perapian dan memakai “semua selimut dan bantal yang kai punya.” Ia sempat mengontak hotel namun penuh atau tak ada listrik juga.

Jadwal vaksinasi Covid juga ditunda karena banyak klinik tutup dan pasokan terganggu.

Sampai Rabu sore (17/02) waktu setempat, badan cuaca AS, National Weather Service (NWS) mengatakan badai terburuk telah melalui Texas namun lebih dari 100 juta warga Amerika masih diperingatkan akan cuaca sangat dingin.

NWS mengatakan cuaca sangat dingin akan berlaku sampai beberapa hari lagi dan lebih dari 71% wilayah AS tertutup salju.

Badai salju ini juga melanda bagian tengah dan pusat Meksiko, dan jutaan orang mengalami mati listrik secara bergiliran.

Apa yang terjadi di Texas?

Presiden AS telah menyepakati penetapan kondisi darurat di Texas yang tertutup salju sejak badai terjadi akhir pekan lalu.

Kepala komisi kualitas lingkungan Texas, Toby Baker, mengatakan isu dengan sistem saluran air berdampak pada setidaknya 260.000 orang di negara bagian itu.

Wali kota Houston, Sylvester Turner, mendesak warga untuk menutup keran air untuk mencegah pipa-pipa yang membeku, bocor bila teraliri air.

Turner mengatakan tanpa listrik dan tanpa bisa rebus air, warga perlu mengkonsumsi air botol supaya aman..

“Listrik kemungkinan belum dapat pulih sepenuhnya dalam mungkin dua hari ke depan,” katanya dalam jumpa pers.

Rumah-rumah di negara bagian itu tidak dilengkapi dengan insulasi untuk udara dingin sehingga suhu membeku akan sangat terasa begitu sistem penghangat rusak.

Turner mengatakan kantor-kantor dan gereja-gereja digunakan untuk menampung warga yang rentan.

“Kita masih berada di tengah badai musim dingin,” kata Turner dan meminta warga untuk tidak melakukan perjalanan.