India Akan Bangun Internet Sendiri

0
469

India dilaporkan sedang mencoba untuk membangun internet sendiri. Hal itu terjadi setelah pemerintah India melarang banyak aplikasi asing karena tidak patuh dan masalah keamanan privasi.

Salah satu langkah awal upaya India membangun internet sendiri adalah dengan hadirnya aplikasi mirip Twitter yang bernama Koo. Aplikasi itu diketahui semakin populer setelah kerap disebut-sebut oleh Perdana Menteri India Narendra Modi dan anak buahnya.

Melansir CNN, analisis aplikasi Sensor Tower melaporkan bahwa Koo telah diunduh sebanyak 3,3 juta kali sepanjang tahun 2021. Jumlah unduhan itu dinilai sebagai awal yang menjanjikan bagi perusahaan yang didirikan kurang dari setahun yang lalu.

Koo masih kalah dari Twitter yang diunduh sebanyak 4,2 juta India selama periode yang sama. Namun, Koo yang juga menggunakan logo burung, yang akrab bagi pengguna Twitter diunduh lebih sering daripada Twitter pada bulan Februari 2021.

Twitter dilaporkan sedang bermasalah dengan pemerintah India karena menolak menghapus akun tertentu selama aksi protes petani terhadap undang-undang pertanian yang baru.

India memanggil perusahaan AS tersebut karena tidak berbuat cukup banyak untuk memblokir akun yang membagikan tagar yang provokatif terhadap pemerintah.

Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah Modi diketahui telah meningkatkan tekanannya pada perusahaan teknologi global. Baru-baru ini, mereka memberlakukan pembatasan ketat Facebook, Twitter dan YouTube, serta mengancam karyawan raksasa teknologi itu dengan hukuman penjara.

Pemerintah India juga berani melarang lusinan aplikasi China , termasuk TikTok dan WeChat.

Dengan latar belakang itu, banyak aplikasi alternatif dalam negeri muncul untuk mencoba memanfaatkan tekno-nasionalisme yang sedang berkembang dan beberapa, seperti Koo, dengan cepat mendapatkan daya tarik.

Dua aplikasi yang paling banyak diunduh di India sejauh ini pada tahun 2021 adalah platform video pendek mirip TikTok bernama MX Taka Tak dan Moj. Kemudian diikuti oleh Snapchat, Instagram, Facebook, dan WhatsApp, menurut firma analisis aplikasi Sensor Tower.

Petinggi Koo, Mayank Bidawatka memuji Twitter dan mengatakan reaksi pemerintah terhadap Twitter dan platform teknologi lainnya sangat disayangkan. Namun dia tidak menyangkal bahwa perseteruan pemerintah dengan Twitter telah memberikan keuntungan kepada Koo dan aplikasi India lainnya.

Dia menambahkan bahwa aplikasi lokal memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pasar dan dapat mengambil langkah di mana perusahaan teknologi global besar gagal.

“Kami memiliki bakat, kami memiliki sumber daya, beberapa dari kami memiliki pengalaman, ada dana yang tersedia untuk mewujudkan impian seperti ini. Dan ini adalah impian yang cukup besar, kami berbicara tentang menciptakan produk yang sangat relevan,” ujar Bidawatka.

Salah satu langkah awal upaya India membangun internetnya sendiri adalah dengan hadirnya aplikasi mirip Twitter yang bernama Koo.

Selain India, beberapa negara mulai memperhitungkan dan berusaha untuk mengendalikan kekuatan perusahaan teknologi global, misalnya Australia , Eropa , dan Amerika Serikat telah mengeluarkan peraturan dalam beberapa bulan terakhir yang bertujuan untuk menumpulkan sebagian dari kekuatan itu.

Khusus India, sebagian besar fokusnya adalah melindungi keamanan dan kedaulatan nasionalnya.

India diketahui memiliki banyak pengaruh karena memiliki 750 juta pengguna internet di negara itu. Bahkan, ratusan juta warga India dilaporkan belum menjadi pengguna internet.

Bagi raksasa teknologi, kondisi itu sangat penting untuk memperbesar keuntungan. Facebook, Google, Amazon, Netflix, dan beberapa lainnya diketahui telah menggelontorkan miliaran dolar untuk mengembangkan operasi mereka di India.

Saat ini, regulasi yang ada di India telah menjadi momok menakutkan bagi perusahaan-perusahaan global dan membuat aplikasi India berkembang. Pertanyaan Namun, apakah pemerintah hanya mempromosikan dan mendorong aplikasi buatan India atau menciptakan lingkungan di mana hanya aplikasi lokal yang tersisa di India.

Nampaknya, India berusaha seperti China. Dalam melarang aplikasi China, khususnya, India menggunakan buku pedoman teknologi China.

China, negara terpadat di dunia telah melarang miliaran lebih warganya menggunakan teknologi asing selama beberapa dekade. Negara itu menggunakan alat sensor besar-besaran yang dikenal sebagai The Great Firewall. Google dan Facebook telah membuat tawaran ke China agar bisa masuk ke pasar China, tetapi tidak berhasil.

Sebaliknya, ekosistem internet China saat ini terdiri dari perusahaan lokal seperti Tencent , Weibo, dan Alibaba yang kini juga telah menjadi pemain global yang besar.

Langkah India untuk menutup perusahaan teknologi China jelas memberi dorongan kepada pemain lokal, terutama mereka yang ingin menggantikan TikTok, yang memiliki lebih dari 200 juta pengguna di negara itu sebelum dilarang.

Sementara itu, pemerintah secara aktif berupaya untuk meningkatkan aplikasi lokal, seperti Koo dan Chingari dengan memberi dukungan dana lewat label hadiah.

Dinamika yang bergeser di pasar digital India adalah tanda peringatan lain dari apa yang disebut splinternet , menandakan kemungkinan setiap negara berpegang pada aplikasinya sendiri dan meninggalkan sifat terbuka dan global dari internet.

Namun, untuk saat ini, aplikasi buatan sendiri mungkin merasa sulit untuk bersaing di level yang sama kecuali pemerintah memutuskan untuk melarang Facebook dan Twitter juga.

Sumber : CNN [dot] COM