Mengenal Siklon Tropis dan Alasan Diberi Nama Bunga atau Buah

0
19

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kerap menggunakan nama bunga dan buah untuk penamaan siklon tropis.

Sebelumnya, BMKG memberikan peringatan dini terbentuknya siklon tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur (NTT) Senin (5/4) dini hari.

Siklon tropis yang semula tercatat sebagai bibit siklon tropis 99S itu kemudian disebut dengan nama Seroja-sesuai dengan urutan nama dari BMKG secara internasional.

Apa itu siklon tropis?

BMKG menjelaskan siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata siklon tropis mencapai 150 hingga 200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26,5 derajat Celcius.

Angin kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63 km/jam dan bisa bertahan setidaknya enam jam. Masa hidup suatu siklon tropis rata-rata berkisar antara 3 hingga 18 hari.

Kadangkala di pusat siklon tropis terbentuk suatu wilayah dengan kecepatan angin relatif rendah dan tanpa awan yang disebut dengan mata siklon. Diameter mata siklon bervariasi mulai dari 10 hingga 100 km.

Mata siklon ini dikelilingi dengan dinding mata, yaitu wilayah berbentuk cincin yang dapat mencapai ketebalan 16 km, yang merupakan wilayah dimana terdapat kecepatan angin tertinggi dan curah hujan terbesar.

Siklon tropis dikenal dengan berbagai istilah di muka bumi, yaitu “badai tropis” atau “typhoon” atau “topan” jika terbentuk di Samudra Pasifik Barat, “siklon” atau “cyclone” jika terbentuk di sekitar India atau Australia, dan “hurricane” jika terbentuk di Samudra Atlantik.

Kawasan tropis seperti Indonesia jarang terjadi siklon tropis. Angin badai ini lebih sering terjadi di wilayah subtropis di lintang 10 derajat – 20 derajat dari ekuator. Sekitar 65 perse siklon tropis terbentuk di kawasan ini.

Hanya sekitar 13 persen siklon tropis yang tumbuh diatas daerah lintang 20 derajat. Sedangkan di daerah lintang rendah (0 derajat – 10 derajat dari khatulistiwa) seperti di Indonesia, siklon tropis jarang terbentuk.

Beda siklon tropis dan angin lain

Di Indonesia terdapat beberapa fenomena angin yang berputar seperti siklon tropis, tornado, puting beliung dan water spout. Sebab, semua jenis angin ini sama-sama berupa angin yang berputar.

Dalam laman resmi BMKG, dijelaskan ukuran diameter tornado, puting beliung dan water spout sama-sama berkisar pada ratusan meter, sedangkan ukuran diameter siklon dapat mencapai ratusan kilometer.

Tornado terjadi di atas daratan, sedangkan siklon tropis di atas lautan luas. Siklon tropis yang memasuki daratan akan melemah dan kemudian mati.

Puting beliung merupakan sebutan lokal untuk tornado skala kecil yang terjadi di Indonesia. Sementara, water spout merupakan tornado yang terjadi di atas perairan berupa danau maupun laut.

Kenapa pakai nama bunga dan buah?

Siklon pertama yang mendapat nama bunga adalah siklon yang terjadi pada tahun 2010. Kala itu, BMKG memberi nama siklon itu dengan nama bunga Anggrek hingga Flamboyan.

BMKG baru memiliki kewenangan menamai siklon tropis di Indonesia sejak 2008 ketika Tropical Cyclone Warning Center berdiri di Jakarta. Ramlan mengatakan nama siklon pertama yang lahir dari BMKG adalah Durga. Nama itu diambil dari tokoh pewayangan yang dikenal di Jawa.

Siklon Durga muncul pada 2009. Kemunculannya yang begitu mendadak, memaksa BMKG memilih nama tersebut. Baru ketika 2010, BMKG memilih nama Anggrek sebagai nama siklon tropis, lalu Bakung (2014), Cempaka (2014), Dahlia (2017), dan Flamboyan (2018), Kenanga (2018), Lili (2019), dan Mangga (2020).

BMKG memang kerap menggunakan nama bunga untuk penamaan siklon tropis. Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca di Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG), Ramlan menjelaskan bahwa ada makna khusus dalam memilih nama tersebut.

“Karena kita pikir bunga itu indah, dengan tumbuhnya itu, kita harapkan bukan kenestapaan tapi keindahan yang kita dapat,” kata Ramlan ketika ditemui di kantor pusat BMKG di kawasan Gunung Sahari, Jakarta, beberapa waktu lalu (30/11/2017)

Dalam laman resmi, World Meteorogical Organization (WMO) menjelaskan bahwa praktik penamaan itu ditujukan untuk membantu publik mengidentifikasi dengan cepat kehadiran badai. Selain itu, penamaan itu dinilai akan membantu media dalam menuliskan keberadaan siklon tropis.

Sebagai perbandingan, otoritas Amerika Serikat juga punya ciri khas dalam menamai badai yang terjadi di wilayahnya. Mereka memakai nama penduduknya secara acak. Misalnya adalah nama Harvey dan Irma, dua badai besar yang belum lama menghajar AS. Kedua nama tersebut diambil dari pasangan suami-istri Harvey Schluter dan Irma Schluter.

Berdasarkan aturan WMO, nama badai yang punya dampak kerusakan sangat parah akan dipensiunkan. Hal ini terjadi di kasus badai Katrina (AS), dan badai Haiyan (Filipina).

Melansir laman BMKG, siklon tropis terjadi di atas lautan luas, umumnya di atas lintang 10 derajat utara atau selatan. Siklon di bumi belahanan selatan umumnya bergerak ke arah barat atau barat daya.

Sedangkan untuk siklon di bumi belahan utara umumnya bergerak ke arah barat daya atau barat laut.

Siklon memiliki ukuran diameter mencapai ratusan kilometer dan bertahan 1-30 hari, dengan rata-rata 3-8 hari.

Sumber : CNN [dot] COM