Pemerintah China baru-baru ini mengumumkan akan menghapus kebijakan yang membatasi warga negaranya untuk memiliki maksimal dua anak. Kelak, warganya diperbolehkan memiliki tiga anak. Namun, perubahan kebijakan itu disambut dingin kalangan muda China.
Zhang Xinyu dari Zhengzou adalah gambaran perempuan modern China. Ibu satu anak ini baru berusia 30 tahun dan enggan menambah jumlah keturunannya. Ia menyambut dingin kebijakan tiga anak.
“Membesarkan anak sebagian besar menjadi tanggung jawab perempuan. Dan masyarakat ini belum memberikan banyak dukungan kepada perempuan. Jadi sebenarnya, jika laki-laki bisa berbuat lebih banyak untuk membesarkan anak, atau jika keluarga bisa lebih memperhatikan perempuan yang baru saja punya anak, sebenarnya banyak perempuan yang bisa punya anak kedua. Karena akan lebih baik jika seorang anak memiliki saudara kandung. Tetapi memikirkan gambaran besarnya, secara realistis, saya tidak ingin memiliki anak kedua. Dan yang ketiga bahkan lebih tidak mungkin,” paparnya.
Pendapat senada dilontarkan Gan Yuyang. Perempuan berusia 30 tahun dengan satu anak ini bersedia menambah jumlah anaknya kalau pemerintah memberikan insentif.
“Jika ada insentif maka mungkin kami bersedia punya lebih banyak anak. Sekarang keluarga-keluarga muda harus membeli rumah. Tekanan ini sudah sangat besar. Dan kemudian Anda harus mempertimbangkan biaya pendidikan anak dan lain-lain. Saya kira kebijakan ini akan sulit diterapkan,” tambahnya.
Su Ziwen, 31 tahun, suami Gan Yuyang, lebih mengkhawatirkan pendidikan anaknya jika memiliki banyak anak.
“Saya kira kualitas pendidikan menjadi pertimbangan utama. Sulit untuk memastikan kualitas pendidikan yang akan diperoleh anak kedua atau ketiga jika biayanya sangat mahal,” kata Su.
Tanggapan negatif juga banyak bermunculan di media sosial. Banyak warga mengatakan, membesarkan anak di negara itu membutuhkan biaya tinggi. Untuk membesarkan satu atau dua anak saja, pada saat ini, mereka mengaku tidak sanggup.
“Saya bersedia beranak tiga kalau saya diberi 5 juta yuan (lebih dari Rp11 miliar),” tulis seorang di Weibo, media sosial seperti Twitter di China.
Namun ada juga yang senang dengan kebijakan baru ini, seperti Su Meizhen, seorang manajer sumber daya manusia di Beijing. Pasalnya, ia sedang hamil anak ketiganya.