Menopause ‘kabut otak’: Apa itu, dan mengapa perempuan bisa mulai mengalaminya jauh sebelum periode datang bulan terakhir?

0
462

Menopause masih merupakan hal yang tabu di banyak budaya. Anda mungkin pernah mendengar tentang gejala seperti semburan panas hingga kehilangan elastisitas kulit, tetapi tahukah Anda bahwa menopause juga mempengaruhi otak perempuan?

Di awal karirnya, Gayatri Devi, seorang ahli saraf di Lenox Hill Hospital di New York, AS, dan rekan-rekannya membuat kesalahan: mereka salah mendiagnosis seorang perempuan yang mengalami menopause dengan penyakit Alzheimer.

Setelah serangkaian perawatan (yang terakhir termasuk estrogen), kesehatan perempuan itu membaik, dan dokter Devi menyadari bahwa gejala awal – kehilangan ingatan, disorientasi – sebenarnya disebabkan oleh faktor yang sangat berbeda.

Penurunan kognitif pasien secara langsung itu ternyata terkait dengan penurunan drastis kadar estrogennya, hormon yang mulai berfluktuasi pada tahun-tahun menjelang menopause (yang secara klinis dimulai satu tahun setelah periode terakhir perempuan).

Estrogen adalah hormon yang berperan penting dalam proses reproduksi dan juga perkembangan serta pertumbuhan karakteristik perempuan.

Terobosan ini merupakan titik balik bagi dokter Devi, dan membawanya untuk meneliti salah satu gejala menopause yang kurang diketahui: kabut otak (brain fog).

Salah satu hal yang paling membingungkan tentang kabut otak (yang juga kadang-kadang disebut kabut mental) adalah banyak perempuan menderitanya, tetapi tidak menyadari penyebabnya.

“Banyak perempuan yang mengalami perimenopause [periode sekitar menopause, yang dapat berlangsung sekitar tujuh tahun] – mulai mengalami kesulitan mengingat dan menemukan kata-kata, atau berkonsentrasi pada beberapa tugas sekaligus,” kata Devi kepada BBC.

“Mereka mungkin berjuang dengan kefasihan verbal, sesuatu yang cenderung sangat dikuasai perempuan,” katanya.

Wanita di jalan, dengan post-it note menempel di dahinya

“Ini mempengaruhi jenis memori yang digunakan misalnya ketika kita pergi ke toko dan mencoba mengingat apa yang ingin kita beli,” kata Pauline Maki, profesor psikiatri, psikologi dan kebidanan serta ginekologi di University of Illinois, Chicago, kepada BBC dan juga mantan presiden American Menopause Society.

Kabut otak juga mempengaruhi kemampuan perempuan untuk bercerita, atau berpartisipasi dalam percakapan dan kemudian mengingat apa yang dikatakan, tambahnya.

Masalahnya lebih luas dari yang diperkirakan sebelumnya.

“Dalam penelitian, kami menemukan gangguan yang signifikan secara klinis di mana 10% perempuan mendapat skor secara signifikan di bawah apa yang diharapkan untuk usia mereka,” kata Prof Maki.

“Tetapi banyak orang lain mengalami kesulitan yang lebih halus, dalam arti bahwa itu tidak mempengaruhi kemampuan mereka secara keseluruhan untuk tampil di tempat kerja, tetapi mereka masih akan melihat perbedaannya.”

Menurut Devi, “sekitar 60% perempuan perimenopause atau menopause mengalami perubahan kognitif secara subjektif, tetapi ini hampir selalu dapat dikuatkan dengan pemeriksaan medis.”

Sensitivitas estrogen

Salah satu masalah utama adalah bahwa otak memiliki reseptor estrogen dan banyak di antaranya terletak di hipokampus, wilayah otak yang penting untuk memperbaiki dan mengambil jenis memori tertentu.

Gambar konsep: Seorang wanita dengan hologram otak yang diproyeksikan di telapak tangannya

“Ketika terjadi penurunan estrogen secara tiba-tiba, beberapa aktivitas di hippocampus akan terpengaruh,” jelas dokter Devi.

Studi kepada perempuan yang indung telur partisipan [kelenjar yang paling banyak memproduksi estrogen] diangkat, menunjukkan bahwa kemampuan kognitif meningkat setelah perempuan tersebut diberi resep suplemen estrogen, kata Prof Maki.

Tetapi tidak semua perempuan yang mengalami perimenopause menderita kabut mental – mengapa?

Itu karena sensitivitas setiap perempuan terhadap variasi estrogen berbeda.

Secara kebetulan, ungkapan ‘kabut mental’ diciptakan oleh dokter Inggris Edward Tilt pada pertengahan abad ke-19.

Edward merujuk penyebutan itu pada kekaburan yang tampak di pasiennya ketika mengalami menopause, seperti tidak dapat mengingat di mana mereka meninggalkan dompet mereka atau cara kembali ke rumah.

Semburan panas dan memori

“Tapi bukan hanya estrogen yang penting. Faktor lain juga harus diperhitungkan, seperti gangguan tidur,” kata Rebecca Thurston, Profesor Psikiatri di University of Pittsburgh.

“Selama transisi ke menopause ini, hingga 60% perempuan melaporkan bermasalah dengan tidur – yang terkait dengan memori,” kata peneliti.

Seorang wanita mengalami hot flush - dia memegang kipas di satu tangan, sementara dia menyeka wajahnya dengan handuk dengan tangan yang lain

Kurang tidur mengganggu sirkuit memori, seperti halnya semburan panas: perasaan panas tiba-tiba yang menyebar ke seluruh tubuh, menyebabkan kulit kemerahan dan berkeringat banyak.

Selain memiliki dampak besar pada tidur (beberapa perempuan melaporkan tidak hanya terbangun di tengah malam karena semburan panas, tetapi harus mengganti piyama dan sprei karena berkeringat), muka memerah adalah masalah tersendiri.

“Kami dulu menganggap semburan panas sebagai gejala ringan yang harus dialami perempuan, tetapi sekarang kami melihat ini terkait dengan risiko kardiovaskular. Itu adalah penanda penyakit otak pembuluh darah kecil, mereka mempengaruhi hubungan antara (kedua sisi) hippocampus dan menghasilkan perubahan dalam memori,” kata Prof Thurston.

Perubahan suasana hati, kecemasan, dan depresi, yang meningkat selama perimenopause, juga memengaruhi daya ingat.

Tabu dan ketidaktahuan

Jika gejala ini begitu luas, mengapa mereka begitu tidak diketahui?

Tampaknya ada kurangnya kesadaran, karena menopause masih merupakan hal yang tabu di banyak budaya.

“Masalahnya adalah proses ini dapat terjadi selama bertahun-tahun, dan perempuan bahkan mungkin tidak tahu bahwa mereka perimenopause. Jadi mudah untuk menghubungkan gejala ini dengan faktor lain,” Karyn Frick, Profesor psikologi di University of Wisconsin-Milwaukee, mengatakan BBC.

Wanita yang bekerja dari rumah, dengan dua anaknya yang masih kecil di sekitarnya

“Perempuan berusia 40-an cenderung sangat sibuk, mereka mungkin memiliki pekerjaan, mereka mungkin mengurus rumah mereka, mereka mungkin memiliki anak-anak dari berbagai usia, mereka mungkin merawat orang tua yang sudah lanjut usia… jadi mereka mungkin menganggap [masalah kognitif] itu karena stres,” kata Prof Frick.

Di sisi lain, “banyak perempuan profesional takut membicarakannya. Perempuan bekerja sangat keras untuk mencapai hal-hal tertentu dalam karier mereka dan mereka tidak ingin terlihat tua atau lemah,” tambahnya.

Para ahli yang dikonsultasikan oleh BBC sepakat tentang perlunya melakukan studi yang ketat tentang penurunan kognitif yang terkait dengan menopause dan hal lainnya, untuk menciptakan kesadaran yang akan menyelamatkan jutaan perempuan di seluruh dunia dari penderitaan yang tidak perlu.

Pengobatan

Sebagai langkah awal, kata Prof Maki, “penting bagi perempuan untuk tidak panik karena mengira mereka menderita Alzheimer. Sangat mungkin yang terjadi pada mereka adalah normal”.

Meskipun hasil penelitian beragam, ada indikasi bahwa kabut mental bersifat sementara dan hilang saat otak terbiasa berfungsi dengan sedikit atau tanpa estrogen.

Tetapi “jika semburan panas membuat Anda terjaga sepanjang malam, dan Anda tidak bisa tidur, maka disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter Anda, yang mungkin merekomendasikan terapi penggantian hormon dalam kasus-kasus tertentu, terutama pada perempuan yang lebih muda, karena manfaatnya lebih besar daripada risikonya,” kata Prof Maki.

Devi setuju bahwa banyak perempuan merespon dengan baik terapi ini, yang penggunaannya dikurangi secara drastis setelah publikasi penelitian kontroversial, hampir dua dekade lalu, yang menghubungkan terapi penggantian hormon dengan kanker payudara – sebuah kesimpulan yang kemudian ditentang.

“Terapi penggantian hormon modern lebih spesifik daripada sebelumnya, dan ada banyak bentuk estrogen. Dalam banyak kasus, terapi itu bisa bermanfaat,” kata Prof Frick.

Bagi perempuan yang mengalami gejala yang lebih ringan – atau memilih untuk tidak menjalani terapi hormon – ada langkah-langkah lain yang dapat membantu meningkatkan kinerja kognitif.

Latihan aerobik, stimulasi otak melalui permainan atau latihan mental, rutinitas tidur yang ketat, membatasi asupan alkohol dan menerapkan diet Mediterania – semuanya diketahui dapat mengurangi gejala menopause yang tidak nyaman.

Sumber : CNN [dot] COM