Cara Deteksi Dini Kanker Prostat Seperti yang Dialami SBY

0
690

Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tengah menjalani perawatan akibat penyakit kanker prostat. Staf Pribadi SBY, Ossy Dermawan mengatakan SBY dalam waktu dekat akan melakukan pemeriksaan medis dan perawatan di luar negeri.

“Kanker prostat yang diderita oleh Bapak SBY masih berada dalam tahapan (stadium) awal. Sesuai dengan kondisi kesehatan Bapak SBY saat ini, Tim Dokter menyimpulkan semua opsi terbuka untuk melakukan pengobatan dan penyembuhan Bapak SBY,” kata Ossy dalam keterangan tertulis pada Selasa (2/11).

Sebenarnya pembesaran prostat pada kaum Adam adalah suatu hal yang alami, khususnya pada pria lanjut usia. Dyandra Parikesit, dokter spesialis urologi di RS Universitas Indonesia, mengatakan pembesaran pada prostat terjadi akibat stimulasi terus-menerus oleh hormon testosteron.

Hormon satu ini berhubungan dengan maskulinitas pria seperti otot yang besar, suara lebih dalam dan ‘tebal’ dari wanita, juga berkaitan dengan fungsi seksual.

Akan tetapi pembesaran ini akan mengarah pada dua opsi yakni jinak atau ganas. Jika jinak, masalah pembesaran prostat tidak sampai mengancam nyawa tetapi mempengaruhi kualitas hidup. Pria bisa merasakan keluhan berkaitan dengan buang air kecil termasuk, kencing lebih sering, susah kencing, atau kencing harus mengejan. Sedangkan yang mengarah ke keganasan bisa berupa kanker.

“Saat bertambah usia, ukuran prostat bertambah. Apakah nanti membesar ke dalam atau ke luar, itu kasus per kasus atau tiap pasien beda. Namun bukan berarti ukuran prostat makin besar, keluhan makin berat, risiko kanker makin besar,” jelas Dyandra saat temu media bersama RSUI, Rabu (3/11).

Peluang kanker prostat akan semakin besar saat didukung beberapa faktor risiko sebagai berikut:

1. Usia, makin bertambah usia, ukuran prostat membesar dan ada risiko kanker.
2. Ras atau etnis, di mana menurut riset mereka yang berasal dari ras kulit hitam lebih tinggi risiko kanker prostat. Sedangkan pada orang Asia, risikonya rendah.
3. Riwayat keluarga, ini faktor yang sangat menentukan. Saat ayah atau saudara laki-laki memiliki riwayat kanker prostat, maka ada risiko terkena kanker.
4. Perubahan gen, ada perubahan genetik pada pasien kanker prostat, tetapi memang perlu riset lebih lanjut untuk mengetahui jenis gen dan implikasinya pada pasien kanker.
5. Sindrom metabolik, mereka yang memiliki penyakit sindrom metabolik termasuk, diabetes, obesitas, hipertensi ada faktor risiko tinggi mengalami kanker prostat.
6. Kebiasaan merokok, merokok meningkatkan risiko hampir seluruh jenis kanker pada manusia.

Dyandra menuturkan, waktu ideal untuk skrining atau deteksi dini kanker prostat adalah usia 50 tahun atau memiliki keluhan berkemih. Namun jika Anda memiliki faktor risiko kanker prostat, sebaiknya deteksi dini dilakukan lebih awal atau usia 45 tahun.

Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tengah menjalani perawatan akibat penyakit kanker prostat. Seperti apa deteksi dininya?

Seperti apa deteksi dini kanker prostat?

Pasien akan melalui dua jenis pemeriksaan sebelum menjalani tes standar emas (gold standard) penegakan diagnosis kanker.

– Pemeriksaan PSA
Prostate Specific Antigen (PSA) merupakan protein yang diproduksi sel-sel normal serta ganas dari kelenjar prostat. Pemeriksaan PSA dilakukan untuk mengukur tingkat PSA pada darah pria. Kadar normal PSA kurang dari 4 ng/ml. Jika jumlah PSA makin tinggi maka risiko kanker makin tinggi pula. Namun tes ini tidak bisa dijadikan patokan tunggal untuk deteksi kanker sebab sensitivitasnya rendah.
“Peningkatan PSA ini bisa karena infeksi prostat, pemasangan kateter, infeksi kemih atau kondisi lain,” kata Dyandra.

– Colok dubur

Selain pemeriksaan PSA, pasien akan menjalani colok dubur. Pasien akan diminta berbaring dan dubur dicolok untuk menilai ukuran prostat, konsistensi, bentuk, keberadaan abnormalitas atau benjolan yang mencurigakan. Jika ada abnormalitas, untuk selanjutkan akan dilakukan biopsi.

– Biopsi prostat

Metode ini merupakan ‘gold standard’ untuk diagnosis kanker prostat. Metode ini dilakukan dengan mengambil jaringan dari prostat, lalu pengecekan di laboratorium. Tekniknya sendiri ada beragam termasuk dengan jarum baik transrektal (via rektum atau anus tanpa bedah) maupun transperineal (via perineum), freehand (template guided atau robot guided).

“Robot guided ini membantu urolog untuk mengetahui lesi mana yang harus dibidik atau area mana yang mencurigakan,” imbuhnya.

Menurut Dyandra, peluang kesembuhan tinggi jika kanker prostat dideteksi sejak dini. Namun kesadaran untuk deteksi dini sangat minim sehingga pasien rata-rata datang dalam kondisi parah. Dia menyarankan agar pria tidak abai dengan masalah berkemih misalnya, buang air kecil tidak nyaman, kerap buang air kecil, harus bangun tengah malam karena ingin kencing, pancaran air seni lemah atau terputus-putus. Dari keluhan ini sebaiknya ditindaklanjuti dengan konsultasi dan pemeriksaan.

“Pas sudah stadium lanjut, kanker menyebar atau metastasis, sel kanker keluar dari prostat. Ini umumnya ke tulang, biasanya kaki, punggung, rusuk, dan keluhannya bukan prostatnya lagi tapi nyeri di area tulang, sampai patah tulang,” katanya.

Sumber : CNN [dot] COM