Matahari Disebut Bangun dari Tidur, Bakal Makin Sering Badai

0
518

Matahari disebut sedang bangun dari tidur dan diprediksi bakal makin sering menjulurkan lidah Matahari yang berdampak jadi badai Matahari di Bumi.

Hal ini terbukti dari badai Matahari yang cukup besar pada Rabu (3/11) dan Kamis (4/11), menyusul lontaran lidah api dari Matahari yang terjadi pada Senin (1/11) dan Selasa (2/11). Lontaran lidah api ini berkaitan dengan munculnya bintik Matahari. Noda Matahari ini terjadi akibat badai magnetik yang terjadi di permukaan Matahari.

Aktivitas badai Matahari pekan ini disebut peneliti terkait dengan siklus periodik Matahari yang terulang tiap 11 tahun. Menurut Koordinator Program Space Weather Prediction Center (SWPC) Bill Murtagh aktivitas siklus matahari diprediksi akan semakin meningkat imbas siklus maksimum Matahari ke-25 yang terjadi tiap 11 tahun sekali.

“Kami melihat peningkatan aktivitas yang diperkirakan terjadi berkaitan dengan siklus matahari,” kata Murtagh, Minggu (7/11).

“Ini semacam fase kebangkitan (Matahari)…Siklus matahari maksimum berikutnya, yang kami harapkan terjadi pada 2025,” kata Murtagh.

Siklus Matahari ke-25

Untuk diketahui, siklus matahari merupakan siklus sebelas tahunan yang terjadi pada bintik matahari. Sejak September tahun ini, matahari sudah memasuki siklus ke-25 atau cycle 25.

National Center for Atmospheric Research mengatakan Cycle 25 akan menjadi siklus matahari terkuat sepanjang catatan sejarah. Cycle 25 diperkirakan akan memiliki bintik terbanyak dengan perkiraan diangka 210 hingga 260 titik.

Hal ini berdasarkan pernyataan para ahli NOAA (pusat prediksi cuaca luar angkasa AS) dan NCAR (pusat penelitian atmosfer AS) seperti tertulis dalam jurnal Solar Pysics yang sudah ditinjau rekan sejawat.

Namun, tak semua peneliti sepakat. Di sisi lain, sebagian ilmuwan NOAA dan NASA menyebut siklus Matahari tahin ini bakal sama lemah seperti siklus 24. Diperkirakan bintik Matahari yang muncul hanya 115 saja.

Sebelumnya, tahun lalu Matahari telah menyelesaikan siklus 24. Siklus 24 ini disebut para peneliti tergolong lemah ketimbang sejumlah siklus Matahari lain.

Sebab pada puncak siklus di April 2014, hanya terpantau 116 bintik Matahari saja. Sehingga, saat itu hanya terjadi sedikit lidah Matahari dan CME, seperti dikutip dari Earthsky.org.

Namun, perhitungan siklus ini masih belum pasti. Pasalnya, para ilmuwan masih menerka-nerka soal berapa lama dan kekuatan siklus bintik Matahari. Sebab, hingga saat ini mereka belum mendapat pemahaman mendasar dari mekanisme yang mendorong siklus tersebut.

Matahari disebut sedang bangun dari tidur dan diprediksi bakal makin sering timbulkan badai Matahari.Bagaimana badai Matahari terjadi?

Badai geomagnetik matahari berasal dari gelembung material yang terkadang dikeluarkan matahari atau dikenal sebagai Coronal Mass Ejections (CME).
“CME pada dasarnya adalah awan satu miliar ton gas plasma dengan medan magnet. Jadi matahari menembakkan magnet ke luar angkasa dan magnet itu melakukan perjalanan sejauh 150 juta kilometer ke Bumi,” ujarnya melansir Space.

Namun demikian, bumi yang juga memiliki medan magnetnya sendiri, membuat kedua magnet bersatu dan menciptakan badai geomagnetik. Efek lain dari badai ini ialah dapat mengganggu infrastruktur penting di bumi seperti jaringan listrik, satelit navigasi, hingga komunikasi radio pesawat.

Murtagh dan rekan-rekannya bertugas untuk memberitahu operator infrastruktur agar dapat mengetahui fenomena alam tersebut dan melakukan persiapan.

Dampak badai matahari

Fenomena ini tidak hanya memengaruhi Matahari, tapi berdampak pada Bumi salah satunya ialah menyebabkan serangkaian fenomena yang disebut cuaca luar angkasa.

Dampak daripada fenomena cuaca luar angkasa tersebut dapat dilihat berupa tampilan aurora di sebagian wilayah bumi hingga kerusakan satelit.

Sebagai contoh, pada 1989 badai geomagnetik matahari menyebabkan pemadaman listrik selama 12 jam di Quebec, Kanada. Pada 1859 badai matahari juga menghancurkan sistem telegraf dan menimbulkan Aurora di Hawaii.

Sumber : CNN [dot] COM