Pemerintah melalui BUMN, resmi membentuk holding pariwisata dan pendukungnya dengan nama “InJourney” dengan harapan salah satu sektor penyumbang devisa terbanyak ini bisa kembali bangkit setelah dihantam pandemi COVID-19.
Dua tahun sejak dilanda pandemi COVID-19, sektor pariwisata dalam negeri merupakan sektor yang paling mengalami imbas terburuk. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mengalami penurunan drastis dari 16 juta orang di tahun 2019 menjadi 4,08 juta orang di tahun 2020.
Penurunan tersebut tentunya berimbas bagi devisa yang dihasilkan di mana sektor pariwisata hanya dapat menyumbang $3,54 miliar pada 2020, jauh dari $16,9 miliar yang diraih pada 2019.
Melihat kondisi tersebut, Presiden Joko Widodo resmi meluncurkan penyatuan atau holding BUMN Pariwisata dan pendukungnya “Injourney” sebagai sebuah momentum untuk melakukan penataan, transformasi, dan membangun sebuah ekosistem yang lebih kuat dan tangguh.
“Saya juga ingin mengingatkan bahwa holdingisasi harus membuat holding BUMN pariwisata menjadi gesit dan lincah serta profesional, karena ini kunci membuat tata kelola menjadi lebih efisien, simple dan sederhana. Dan jangan sampai justru ada keribetan-keribatan baru, atau memindahkan persoalan lama, ke bentuk persoalan baru,” ungkap Jokowi dalam Peluncuran Holding BUMN Pariwisata “InJourney”, pada Kamis (13/1) di Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Jokowi menjelaskan, akan banyak perusahaan yang disatukan dalam holding BUMN Pariwisata InJourney tersebut mulai dari perusahaan penerbangan, pengelolaan bandara, 120 hotel, kawasan pariwisata, dan pernak pernik handcraft yang dikelola BUMN Sarinah. Ia yakin penyatuan ini akan menjadi sebuah kekuatan yang sangat besar.
Jokowi menilai penataan BUMN pariwisata menjadi sebuah keharusan. Selama ini, ia melihat berbagai perusahaan pelat merah yang bergerak di dalam sektor ini kerap berjalan sendiri-sendiri, sehingga tidak bisa berjalan dengan baik.
“Selama ini saya melihat BUMN dengan anak, cucu yang banyak bergerak di sektor pariwisata bergerak dari hulu sampai hilir, penerbangan, bandara, hotel, atraksi, manajemen kawasan destinasi wisata, sampai ke retail, semuanya ada. Tapi yang kita lihat yang lalu-lalu BUMN beserta anak dan cucunya berjalan sendiri-sendiri. Tidak terkonsolidasi, sehingga menjadi lemah,” jelasnya.
Dengan potensi pasar domestik yang sangat besar, ditambah dengan menjadi tuan rumah acara berskala internasional, Jokowi yakin sektor pariwisata ini akan segera bangkit.
Potensi Aset Ratusan Triliun Rupiah
Dalam kesempatan yang sama, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan holding BUMN Pariwisata InJourney ini akan difokuskan untuk membangun dan menciptakan pariwisata domestik yang selama ini memiliki potensi yang sangat besar, namun sayangnya kurang terintegrasi dengan baik.
Dengan adanya holding BUMN pariwisata tersebut, Erick berharap akan terbentuk suatu ekosistem dalam kegiatan pariwisata dari hulu sampai ke hilir. Ia juga yakin aset dari BUMN Pariwisata InJourney ini akan berkembang pesat hingga ratusan triliun rupiah dengan banyaknya potensi yang dimiliki.
“Kalau bicara ekosistem yang namanya InJourney ini akan jadi mega ekosistem, kenapa? Dia ini bisa bergabung dengan ekosistem lain yang ada di BUMN, seperti perbankan, dengan tadi super apps yang namanya living itu bisa terintegrasi satu dengan lainnya. Inilah yang kita namakan kenapa, kesempatan ini kita bisa laksanakan, bisa perbaiki,” ujar Erik.
“Dan mudah-mudahan kalau dilihat angka-angkanya, nanti total aset daripada holding BUMN ini kurang lebih di tahun 2024 bisa menjadi Rp260 triliun dengan potensi penjualan yang terus meningkat. Ini juga kesempatan bagaimana kita membangkitkan berfokus kepada pariwisata lokal, tetapi tetap menjaga wisata mancanegaranya,” pungkasnya.