Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memetakan perbedaan jaringan 5G di Indonesia dan AS yang diduga berbahaya untuk penerbangan.
Sebelumnya pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan layanan jaringan 5G di AS untuk sementara waktu hanya akan ada di wilayah terbatas. Pembatasan dilakukan terutama di wilayah sekitar bandara.
Pembatasan ini terkait dengan jaringan 5G di AS yang diduga dapat membahayakan sistem penerbangan di wilayah tersebut.
Menteri Kominfo, Johnny G Plate menjelaskan jaringan 5G di AS menggunakan pita frekuensi 3,7 GHz yang dikhawatirkan mengganggu sistem radio altimeter yang merupakan bagian dari sistem keselamatan utama dalam penerbangan.
“Case yang terjadi di AS konteksnya adalah untuk jaringan 5G yang bekerja pada pita frekuensi 3,7 GHz, tepatnya pada rentang 3,7-3,89 GHz. Sistem yang dikhawatirkan terganggu adalah sistem radio altimeter yang bekerja pada pita 4,2-4,4 GHz,” kata Johnny dalam acara virtual, Rabu (19/1).
Menurut Jhonny, sistem itu merupakan sistem keselamatan utama dan penting dalam pengoperasian pesawat udara, yang berfungsi menentukan ketinggian posisi pesawat terbang di atas tanah.
Sedangkan informasi yang disediakan radio altimeter disebut sangat penting dalam operasi penerbangan terkait keselamatan dan fungsi navigasi di sebuah pesawat.
Mengenai jaringan 5G di Indonesia, Johnny menjelaskan bahwa pita frekuensi yang digunakan berbeda dengan yang digunakan di AS.
Layanan 5G di Indonesia yang disediakan tiga provider, yakni Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat menggunakan frekuensi 1.800 MHz dan 2.300 MHz. Kemudian ada pita frekuensi baru juga yang akan digunakan, namun diklaim tetap tidak akan mengganggu frekuensi yang digunakan sistem penerbangan.
“Adapun 5G rencananya akan menggunakan pita frekuensi yang lebih rendah yaitu pada pita frekuensi 3,5ghz berada pada rentang 3.4-3,6 ghz,” ujar Johnny.
Dengan membandingkan kondisi pengaturan frekuensi 5G di AS, yang menggunakan pita frekuensi 3,7-3,9 GHz, sedangkan Indonesia 3,4-3,6 GHz, serta memperhatikan alokasi frekuensi utuk radio altimeter pada rentang 4,2-4,4 GHz, maka pengaturan frekuensi 5G di Indonesia dapat dikatakan relatif aman.
“Hal ini disebabkan tersedianya guard band sebesar 600 MHz yang membentang dari frekuensi 3,6 GHz sampai 4,2 GHz guna membentengi radio altimeter dari sinyal 5G,” tutup Johnny.