Sebuah perusahaan bioteknologi Australia berencana menebarkan benih dari udara secara besar-besaran dalam misinya menanam ratusan juta pohon dalam dua tahun mendatang, untuk mengatasi pemanasan global. Kegiatan itu akan menggunakan pesawat nirawak (drone) yang dirancang khusus untuk melontarkan benih itu ke tanah, dengan masing-masing polong benih diciptakan agar sesuai dengan lingkungan yang diharapkan menjadi tempat tumbuhnya.
Mengurangi karbon dioksida di atmosfer telah menjadi salah satu perjuangan utama dalam menangani perubahan iklim dan mengurangi pemanasan global yang disebabkan oleh gas-gas rumah kaca. Melalui fotosintesis, pohon merupakan cara alami untuk menyerap karbon.
Namun hambatannya adalah menanam cukup banyak pohon dalam waktu singkat di daerah-daerah yang mungkin sulit dan mahal untuk dijangkau.
Profesor Andy Pitman adalah ilmuwan perubahan iklim di University of New South Wales. Ia mengatakan penting sekali untuk bertindak cepat. “Jadi langkah pertama dalam memecahkan masalahnya benar-benar sederhana: kita harus memangkas emisi dengan sangat cepat dan alasan mengapa ini harus dilakukan dengan cepat adalah karena kita belum melakukannya selama 30 tahun terakhir,” jelasnya.
Gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida memerangkap panas di atmosfer bumi dan selanjutnya meningkatkan suhu bumi, fenomena yang disebut pemanasan global.
Dunia memproduksi lebih dari 30 miliar ton karbon dioksida setiap tahun, kebanyakan melalui pembakaran bahan bakar fossil. Deforestasi untuk pertanian dan pertumbuhan tempat tinggal manusia telah mengurangi kemampuan alami untuk memerangkap karbon. Itu sebabnya berbagai organisasi di dunia berusaha menanam lebih banyak lagi pohon untuk mengganti hilangnya hutan. Masalah mendasar reboisasi sebagai solusi masalah karbon dioksida di lingkungan sekarang ini adalah bagaimana menanam di wilayah hutan yang luas setiap tahun tanpa henti.
Perusahaan bioteknologi AirSeed telah bereksperimen dengan cara-cara untuk meningkatkan proses penanaman pohon secara dramatis.
Para pakar mesin dan biologinya telah berkolaborasi menciptakan drone dan jenis polong organik baru yang akan memungkinkan mereka untuk menanam pohon dalam waktu jauh lebih singkat daripada normalnya.
Andrew Walker, CEO AirSeed mengemukakan, “Kelebihan menggunakan drone adalah pertama, skala penanaman yang luas, atau menciptakan solusi penanaman yang sangat produktif, bandingkan satu orang menanam 800 pohon per hari dan drone menanam 40 ribu benih per hari. Perbedaan skalanya sangat besar. Kedua, drone dapat mengakses lokasi yang tidak dapat dijangkau orang tanpa membahayakannya, jadi kita dapat menanam di dataran yang sangat sulit.”
Polong benih yang diciptakan khusus itu memberi nutrisi dan perlindungan bagi benih tersebut pada tahap pertumbuhan penting tanaman.
Penggunaan drone untuk menyebarkan polong itu juga lebih murah karena hanya menggunakan sedikit tenaga kerja. Drone juga dapat mencakup wilayah yang jauh lebih luas secara lebih cepat.
Pohon yang baru ditanam itu bukan hanya menangkap karbon, tetapi juga lebih mampu beradaptasi dan tahan terhadap perubahan iklim sekarang dan pada masa mendatang.
Pertama-tama, drone digunakan untuk memetakan lahan, memberi informasi yang diperlukan mengenai kesehatan tanaman yang ada di sana dan mengidentifikasi spesies tanaman tertentu. Menurut AirSeed, sampel tanah dianalisis kandungan nutrisi, mineral dan unsur lain-lainnya agar polong karbon untuk tanah tertentu dapat diproduksi. Tujuannya demi keanekaragaman hayati.
Apa yang dikerjakan AirSeed tentu hanya satu dari banyak solusi di seluruh dunia untuk mengatasi masalah karbon dioksida.
AirSeed telah digunakan di negara bagian yang sangat banyak penduduknya di Australia, New South Wales, Victoria dan Queensland, dan juga dioperasikan di Afrika Selatan. Tahun depan, targetnya adalah meluaskan operasi di Asia Tenggara, Amerika Utara, Afrika dan Eropa.