Google baru saja mengumumkan akan mengadopsi aturan privasi terbaru dengan tujuan memangkas pelacakan aktivitas di semua pengguna. Namun bukan kali ini saja perusahaan itu berusaha membuat aturan untuk menjaga privasi penggunanya.
Tahun 2020 lalu Google mengumumkan aturan baru untuk developer aplikasi Android. Seluruh aplikasi yang meminta akses data lokasi yang berjalan di latar belakang harus mendapat izin dari pihak raksasa teknologi global tersebut.
Saat itu, kebijakan perusahaan merupakan upaya untuk meningkatkan privasi data penggunanya. Google juga berencana melakukan evaluasi semua aplikasi di Play Store yang meminta akses lokasi.
“Ketika kami melihat lebih dekat penggunaan lokasi di background, kami menemukan banyak aplikasi yang meminta akses lokasi yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Kami ingin membuatnya lebih mudah bagi pengguna untuk memilih kapan akan membagikan lokasi mereka dan mereka tidak harus meminta izin yang tidak diperlukan aplikasi,” ujar Google kala itu, dilansir dari google.
Para pengembang butuh izin dari Google jika ingin mengakses data lokasi penggunanya di background. Ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi agar izin dapat dikantongi para developer.
Dilaporkan syarat itu salah satunya adalah fitur memberikan nilai yang jelas kepada pengguna. Selain itu pengguna memberikan izin mengakses lokasi, seberapa penting akses bagi tujuan utama aplikasi, dan terakhir apakah aplikasi dapat memberi pengalaman serupa tanpa harus mengakses lokasi.
Kebijakan saat itu dilaporkan berlaku pada April 2020, dan untuk aplikasi baru mulai 3 Agustus dan aplikasi yang sudah ada 2 November di tahun yang sama.
Sementara untuk aturan privasi terbaru Google menyasar pada pihak perusahaan yang punya praktik periklanan. Perusahaan mengumumkan sedang mengembangkan fitur berfokus pada privasi ID iklan, serangkaian karakter unik untuk mengidentifikasi perangkat pengguna.
Aturan ini hampir sama dengan yang dibuat Apple tahun lalu. Yakni memaksa perusahaan lain untuk mengubah praktik periklanan mereka.