Logam tanah jarang (LTJ) dikategorikan sebagai rare earth element (REE). Material yang dianggap langka ini justru melimpah di tanah Indonesia.
LTJ atau Unsur logam langka adalah kumpulan 17 unsur kimia pada tabel periodik, terutama 15 lantanida ditambah skandium dan itrium.
Skandium dan itrium dianggap logam langka karena sering ditemukan pada deposit-deposit bijih lantanida dan memiliki karakteristik kimia yang mirip.
Meskipun namanya logam langka, tetapi logam-logam ini cukup melimpah jumlahnya di kerak bumi, termasuk di Indonesia. Serium merupakan unsur material paling melimpah dengan 68 bagian per juta (mirip tembaga).
Meski begitu, karena karakteristik geokimianya, logam langka ditemukan menyebar, cuma sedikit yang ditemukan dalam jumlah yang banyak sehingga nilai ekonominya dianggap kecil.
Sumber-sumber deposit logam langka yang banyak dan bernilai ekonomis biasanya menyatu menjadi mineral tanah jarang.
Meskipun logam langka, material logam tanah jarang kini sedang banyak dicari karena dianggap sebagai material masa depan. Pemanfaatannya sudah sangat banyak di dunia industri.
Material logam tanah jarang ini disebut menjadi pemicu lahirnya teknologi baru yang masih akan terus berkembang. Misalnya seperti LCD, magnet dan baterai hybrid.
Material tersebut juga digunakan sebagai bahan pembuat superkonduktor, laser, optik elektronik, kaca dan keramik. Mineral ini juga dibutuhkan dalam pembuatan berbagai peralatan vital militer, mulai dari sonar kapal perang, alat pembidik meriam tank, hingga perangkat pelacak sasaran pada peluru kendali.
Hampir semua produk berteknologi tinggi saat ini, mulai dari televisi, telepon seluler, sampai mobil hybrid dan perangkat pemandu rudal nuklir membutuhkan material logam tanah jarang. Sebab itu permintaan logam tanah jarang terus meningkat.
Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan sejauh ini dari sembilan lokasi yang berpotensi kedapatan mengandung rare earth element, ada delapan lokasi di Indonesia yang sudah terpetakan. Namun informasi it disebut masih baru dalam tahap eksplorasi awal.
Ridwan menambahkan logam tanah jarang paling banyak berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tepatnya di pertambangan timah. Ada puluhan bahkan ratusan ribu ton potensi logam tanah jarang di provinsi tersebut.
“Paling banyak memang ada di provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya di Bangka Selatan,” ujar Ridwan.
Dalam data yang dipaparkan Ridwan, di Bangka Belitung ada potensi logam tanah jarang sebanyak 186.663 ton dalam bentuk monasit dan 20.734 logam tanah jarang bentuk senotim.
Ada juga logam tanah jarang dalam bentuk laterit di Sulawesi Tengah sebesar 443 ton dan Kalimantan Barat sebesar 219 ton. Ada juga potensi di Sumatera Utara sebesar 19.917 ton.
Sebelumnya, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menemukan ‘harta karun’ berupa logam tanah jarang (rare earth) yang terkandung di lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengatakan salah satu logam tanah jarang yang ada di wilayah tersebut adalah Serium (Ce).
“Dari hasil analisis Lab, kadar logam tanah jarang cukup rendah, dengan kadar tertinggi pada unsur Serium (Ce),” kata Eko kepada CNN.com.
Eko juga menyebutkan penemuan sejumlah mineral lain yang termasuk mineral kritis (CRM), di antaranya Litium dan Stronsium.
“Dari hasil kegiatan penyelidikan Badan Geologi, potensi yang terkandung pada lumpur Sidoarjo adalah mineral-mineral yang termasuk Mineral Kritis (CRM), yaitu Lhitium (Li) dengan kadar 99,26-280,46 ppm dan Stronsium (Sr) dengan kadar 255,44 – 650,49 ppm,” ujarnya.
Sumber : CNN [dot] COM