Kabar soal Elon Musk akan menduduki jabatan strategis di Twitter (TWTR.N) membuat sejumlah karyawan panik. Mereka khawatir perusahaan tak bisa lagi leluasa memoderasi konten setelah kedatangan bos Tesla yang juga orang terkaya nomor satu di dunia tersebut.
Menurut sumber anonim Reuters, para karyawan khawatir Musk bisa mempengaruhi kebijakan perusahaan sehingga tak lagi ‘galak’ pada pengguna yang kerap menebar konten menyesatkan. Meski demikian, Twitter sendiri telah menegaskan bahwa dewan tidak membuat keputusan terkait kebijakan pengguna.
Dengan masuknya Musk di jajaran dewan perusahaan, para karyawan juga khawatir bos Tesla itu bisa melemahkan upaya panjang mereka selama bertahun-tahun menjadikan Twitter sebagai platform yang sehat.
Hanya selang beberapa jam setelah pengumuman bahwa Musk membeli saham Twitter, kelompok konservatif mulai membanjiri media sosial dengan seruan agar perusahaan tersebut mengembalikan akun Donald Trump. Mantan presiden AS itu diboikot dari Facebook dan Twitter setelah kerusuhan 6 Januari di Capitol karena kerap menyebar informasi yang menyesatkan.
“Sekarang @ElonMusk adalah pemegang saham terbesar Twitter, saatnya untuk mencabut sensor politik. Oh… dan BRING BACK TRUMP!,” cuit anggota Kongres dari Partai Republik Lauren Boebert pada hari Senin.
Elon Musk sendiri menyebut dirinya sebagai pendukung kebebasan berpendapat yang mutlak.