Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate menyebut kebocoran data pribadi terjadi setiap detik.

Johnny mendorong penyelenggara sistem elektronik (PSE) untuk memperhatikan keamanan data pengguna. Dia ingin setiap PSE mempertebal keamanan digital dalam platform masing-masing.

“Tadi pun saya mengingatkan karena kebocoran itu setiap detik, setiap menit, setiap hari, maka tiga hal yang harus diperhatikan,” kata Johnny di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis, (25/8).

Tiga hal yang ditekankan Johnny kepada PSE adalah peningkatan kemampuan teknologi enkripsi, peningkatan kualitas SDM yang menjaga keamanan digital, dan penatakelolaan keamanan siber.

Dia berkata Kominfo selalu mengingatkan PSE untuk menjaga keamanan data pribadi. Kominfo juga memberi sejumlah rekomendasi jika ada temuan kebocoran datra pribadi.

“Apakah teguran-teguran dan peringatan-peringatan dari Kominfo sudah mereka lakukan belum ? Tanyakan pada mereka,” ujarnya.

Mengenai dugaan kebocoran data yang melibatkan Telkom dan PLN, Johnny mengatakan pihaknya masih melakukan audit. Kominfo akan menerapkan sanksi jika kebocoran data terbukti dan ada kelalaian dari dua lembaga itu.

“Sanksi berat, kalau berulang-ulang terjadi dan merugikan masyarakat secara besar-besaran, ya sanksinya ditutup,” ujarnya.

Sebelumnya, PLN dan Telkom dikabarkan terlibat kebocoran data. Dugaan itu dibicarakan sejumlah warganet di Twitter.

Telkom membantah kabar tersebut. SVP Corporate Communication & Investor Relation Telkom Ahmad Reza bersama VP Network/IT Strategy, Technology & Architecture Telkom mengatakan pihaknya telah melakukan investigasi.

“Setelah kami lakukan penelusuran dan investigasi menyeluruh, kami meyakini dan memastikan bahwa tidak ada kebocoran data pelanggan di sistem kami dan ini 100 persen merupakan data yang difabrikasi oleh pihak maupun oknum yang ingin memojokkan Telkom,” kata Reza di Telkom Landmark Tower, Jakarta Selatan, Senin (22/8).

Menyusul PLN dan Telkom, data milik Jasa Marga juga bocor ke forum hacker. Data bocor berukuran total 252 GB tersebut diklaim memuat data pengguna, pelanggan, karyawan, data perusahaan dan keuangan mereka.

Namun mereka menyebut data tersebut tidak memuat data pelanggan. “Menanggapi dugaan kebocoran sejumlah data anak usaha Jasa Marga di bidang pengoperasian jalan tol, PT Jasamarga Tollroad Operator (JMTO), dapat kami sampaikan bahwa data dimaksud adalah data internal dan administrasi yang ada di aplikasi PT JMTO serta dipastikan tidak berkaitan dengan data pelanggan,” ujar Lisye Octaviana, Corporate Communication & Community Development Group Head, Jasa Marga dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Kamis (25/8).