Daftar panjang skandal Facebook yang terjadi telah menimbulkan bermacam kekhawatiran, termasuk dari para pemegang saham. Mereka menyebut CEO Meta Mark Zuckerberg memiliki terlalu banyak kekuasaan atas seluruh perusahaan.

Sedikit kilas balik mengenai daftar skandal Facebook, jejaring sosial itu digunakan untuk menyebarkan berita palsu selama pemilu, memicu ujaran kebencian di Myanmar, dan pembunuhan secara langsung.

Facebook juga diperkirakan akan menghadapi rekor denda USD 5 miliar dari Federal Trade Commission atas dugaan kegagalannya melindungi privasi pengguna.

Pada hari Kamis (11/8) di rapat pemegang saham tahunan perusahaan, delapan proposal pemegang saham, termasuk beberapa yang berusaha untuk mengendalikan kekuatan Zuckerberg, gagal diloloskan.

Hasilnya tidak mengejutkan, karena Zuckerberg memiliki suara mayoritas atas perusahaan. Itu karena Zuckerberg, yang juga ketua dewan direksi Facebook, memiliki kelas saham yang disebut Kelas B yang memiliki 10 suara per saham.

Salah satu proposal pemegang saham akan mengharuskan Facebook untuk memilih ketua dewan independen, sedangkan yang lain akan menghilangkan saham Kelas B Facebook.

Seruan untuk membatasi kontrol Zuckerberg atas perusahaan bukan kali ini saja disuarakan. Namun intensitasnya kini meningkat karena Facebook terus dikacaukan oleh lebih banyak masalah, termasuk masalah seputar privasi dan keamanan data. Bahkan salah satu pendiri Facebook, Chris Hughes, telah meminta regulator untuk membubarkan Facebook.

Sementara itu, di luar pertemuan di Hotel Nia di Menlo Park, California, sekelompok kecil pengunjuk rasa dari kelompok advokasi SumOfUs dan Bend the Arc mengangkat emoji marah raksasa bersama dengan tanda-tanda bertuliskan “Break up Facebook” dan “Vote no on Zuckerberg.”

Konservatif dari kelompok lain yang menyebut diri Take California Back, dengan berapi-api menggunakan megafon menuding bahwa Facebook, yang memblokir beberapa tokoh sayap kanan awal bulan ini, telah menyensor kebebasan berbicara.

Tak sampai di situ, di atas kerumunan pendemo juga melintas pesawat terbang yang membentangkan tulisan “Break up Facebook! Save Silicon Valley!”. Selain itu, organisasi nirlaba Fight for the Future memproyeksikan sebuah tanda raksasa bertuliskan “Fire Mark Zuckerberg” di sisi Hotel Nia.

“Kami percaya bahwa Facebook di luar kendali,” kata Arielle Cohen, penyelenggara nasional untuk Bend the Arc, dalam pertemuan pada hari Kamis.

Kelompok itu mengajukan proposal yang meminta Facebook untuk melihat “alternatif strategis,” termasuk memisahkan Instagram, WhatsApp, dan Oculus VR dari perusahaan dan menghilangkan saham Kelas B.

Merespons hal ini, Zuckerberg selama pertemuan memberi isyarat bahwa dia tidak memiliki rencana untuk melepaskan kendalinya atas perusahaan, melainkan akan terus mendorong lebih banyak peraturan pemerintah.

“Saya pikir pertanyaan besar yang perlu kita jawab adalah, Apa kerangka kerja yang tepat?,” ujarnya.

Para pemegang saham memilih delapan anggota dewan direksi Facebook, termasuk eksekutif PayPal Peggy Alford, yang akan menjadi wanita Afrika-Amerika pertama yang bergabung dengan dewan direksi. CEO Netflix Reed Hastings yang menjabat di dewan Facebook sejak 2011, tidak dinominasikan untuk pemilihan ulang. Erskine Bowles, presiden emeritus University of North Carolina, juga meninggalkan dewan.