Rahasia mumi emas Mesir yang berkilauan telah terungkap tanpa mengganggu penghuni sarkofagus (peti mayat yang dibuat dari batu). Berkat CT scan, para pakar mendapati bahwa mumi anak laki-laki berusia 14 tahun itu dikelilingi oleh 49 jimat. Karena kebanyakan dari jimat tersebut terbuat dari emas, para pakar Mesir purba menyimpulkan status sosial yang tinggi dari anak laki-laki itu.

Para peneliti di Universitas Kairo menggunakan pemindaian tomografi komputer (computed tomography/CT) abad ke-21 untuk membuka mumi berusia 2.300 tahun. Langkah itu dilakukan untuk menghindari kerusakan mayat bocah laki-laki berusia 14 tahun yang terawetkan dengan baik. Dijuluki “anak emas,” mumi itu ditemukan di pemakaman Ptolemeus Akhir di Mesir Selatan, dan telah disimpan di Kairo sejak 1916.

Ini adalah kali pertama para ilmuwan meneliti mumi tersebut.

Sahar Saleem, guru besar radiologi di fakultas kedokteran Universitas Kairo dan penulis utama studi tersebut menjelaskan, “Saya mempelajari mumi yang telah disimpan selama lebih dari satu abad di ruang bawah tanah Museum Mesir di Kairo – tidak pernah disentuh atau diperiksa sebelumnya.”

“Studi saya dengan menggunakan CT scan ini akan memberi kita informasi noninvasif, informasi yang benar-benar aman mengenai detail mumi yang dibungkus tanpa membuka atau mengganggu fisiknya. Studi ini memberi kita informasi yang sangat unik tentang penghuni selubung ini. Dia adalah seorang anak laki-laki berusia 14 tahun. Tubuhnya terpelihara dengan baik dan dimumikan dengan baik,” imbuhnya.

Berkat CT scan, Sahar Saleem menemukan jimat dalam jumlah yang tidak biasa. “Ada 49 jimat. Susunan jimat dalam tiga kolom benar-benar sangat unik dan belum pernah terlihat sebelumnya,” terangnya.

Dari ke-49 jimat itu, 30 di antaranya kemungkinan besar terbuat dari emas, sementara yang lainnya terbuat dari tanah liat, keramik atau batu.

Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Frontiers, jimat lidah emas dimasukkan ke dalam mulut bocah itu agar dia bisa “berbicara di alam baka.” Jimat dua jari ditempatkan di sebelah penisnya untuk “melindungi sayatan pembalseman” di perut bagian bawah.

Berkat informasi ini, para ilmuwan dapat menjelaskan status sosialnya yang tinggi dengan menegaskan detail rumit dari jimat yang dimasukkan ke dalam mumi tubuhnya dan jenis penguburannya.

“Orang-orang dari Mesir kuno, bahkan mereka yang berada di bagian selatan juga sangat kaya, bahkan pada masa Ptolemeus ketika ibu kotanya sebenarnya berada di Alexandria, di utara. Namun terlepas dari itu, orang Mesir di selatan sangat kaya dan mereka memberikan perawatan yang sangat baik untuk anak-anak mereka,” kata Sahar Saleem.

 Sara Ahmed Abdel Aziz, ahli Mesir kuno dan peneliti di kantor teknis Museum Agung Mesir, yang tidak terkait dengan penelitian tersebut, mengatakan cara invasif mempelajari mumi telah berkontribusi pada kerusakan mumi dan CT scan dapat membantu peneliti mempelajari lebih lanjut tanpa membuka bungkusnya secara fisik.

“Dalam kasus mumi emas, kami dapat melihat bahwa otak dikeluarkan melalui hidung, organ dalam dikeluarkan dari sayatan di perut bagian bawah, dan ada rongga yang diisi dengan resin. Jadi ini memberi kita gambaran yang sangat kuat tentang bagaimana orang Mesir melakukan hal itu sendiri untuk mumifikasi selangkah demi selangkah,” jelasnya.