Gempa tiap hari mengguncang dunia ini sebagai efek dari pergerakan lempeng tektonik Bumi yang tak pernah berhenti. Negara mana yang kerap jadi titik guncangan lindu?

Sebelumnya, gempa dahsyat dengan Magnitudo 7,8 mengguncang wilayah perbatasan Turki-Suriah pada Senin (6/2). Puluhan ribu korban jiwa berjatuhan, dengan jumlah yang terus bertambah seiring proses evakuasi.

Gempa itu disebut sebagai yang terbesar dalam 100 tahun terakhir sejak 1939.

Meski punya deret gempa amat merusak, Turki dan Suriah tak termasuk tiga besar negara yang paling banyak diguncang gempa.

Badan Geologi AS (USGS) menobatkan Jepang sebagai negara yang jadi lokasi terbanyak temuan gempa. Angka ini terkait dengan teknologi pemantauan gempa yang tersebar amat banyak di negara Matahari Terbit itu.

“Hampir seluruh wilayah negara berada di area seismik yang sangat aktif, dan [Jepang] memiliki jaringan seismik yang terpadat di dunia, sehingga mampu merekam banyak gempa bumi,” demikian dikutip dari situs USGS.

Dalam hal angka guncangan gempa terkini, lembaga yang sama menyebut Indonesia lah yang menjadi juaranya. Itu terkait pula dengan luas wilayah yang lebih besar dari Jepang.

“Indonesia berada di zona seismik yang sangat aktif. Selain itu juga, berdasarkan ukurannya yang lebih besar dari Jepang, negara ini memiliki lebih banyak gempa bumi,” lanjut USGS.

Di samping itu, Badan tersebut mengungkapkan negara yang paling banyak memiliki gempa per satuan luas. Indonesia, Tonga dan Fiji masuk dalam kategori itu karena ketiganya berada di daerah seismik yang sangat aktif di sepanjang zona subduksi.

“Instrumentasi [pemantauan] gempa yang jarang di area tersebut tidak memungkinkan kami untuk benar-benar merekam semua gempa bumi yang lebih kecil,” kata USGS.

Sementara, dalam hal gempa paling merusak, China, Iran, dan Turki menjadi yang paling tinggi. China maupun Iran berada di wilayah yang aktif secara seismik dan memiliki catatan sejarah yang sangat panjang mengalami bencana gempa bumi.

Dikutip dari Insider, Turki, termasuk Kota Istanbul, Marmara, dengan lebih dari 14 juta penduduk, merupakan daerah rawan gempa merusak karena berdiri di atas lempeng tektonik aktif.

“Semua ilmuwan menerima bahwa akan ada gempa bumi dengan kekuatan lebih dari 7 di sekitar wilayah Marmara, tetapi kami tidak dapat memberikan tanggalnya,” kata Kepala Observatorium Kandilli Istanbul Haluk Özener, 2017.

“Sejauh ini telah terjadi banyak gempa bumi dan akan ada lebih banyak lagi. Satu-satunya hal yang dapat dilakukan adalah mengurangi kerusakan akibat gempa.”

Salah satu ancaman besarnya adalah banyaknya bangunan yang berisiko runtuh saat guncangan besar. Selama gempa Marmara pada 1999, 18.000 orang meninggal dan 113.000 bangunan hancur.