Produksi energi terbarukan mengalami peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2022 hingga hampir 10 persen di seluruh dunia, ungkap Badan Energi Terbarukan Internasional pada Selasa (21/3). Meski demikian, lembaga itu memperingatkan bahwa angka itu belum cukup untuk membatasi perubahan iklim.

Tahun lalu, 83 persen kapasitas pembangkit listrik baru berasal dari sumber terbarukan, kata badan IRENA saat mengumumkan peningkatan kapasitas energi terbarukan sebesar 9,6 persen secara global.

Tenaga surya, terutama fotovoltaik, dan angin masih menyumbang 90 persen dari konstruksi baru tersebut. Meski lembaga itu mencatat perlambatan sektor angin jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, kapasitas produksi tenaga angin masih tetap meningkat sebesar 9 persen, sementara tenaga surya naik sebesar 22 persen.

Pembangkit listrik tenaga air masih menjadi sumber terbesar sektor itu, terhitung mencapai 37 persen dari total kapasitas dan menghasilkan 1.256 gigawatt, menurut laporan Renewable Capacity Statistics 2023.

Total kapasitas produksi listrik, termasuk dari seluruh sumber energi terbarukan, mencapai 3.372 GW pada akhir tahun 2022.

“Berlanjutnya pertumbuhan yang mencapai rekor ini menunjukkan ketahanan energi terbarukan,” kata direktur jenderal IRENA, Francesco La Camera.

“Namun penambahan kapasitas energi terbarukkan tahunan harus tumbuh tiga kali lipat dari tingkat saat ini pada 2030 nanti, jika kita ingin tetap berada pada jalur untuk dapat membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius,” ungkapnya.

“Karena permintaan energi diperkirakan akan meningkat di banyak wilayah di dunia, transisi energi membutuhkan langkah perubahan yang memberikan perubahan strategis di luar dekarbonisasi sisi pasokan,” katanya.

Asia menjadi wilayah geografis yang mengalami pertumbuhan fasilitas energi terbarukan terbesar tahun lalu.

China menjadi kontributor utama, dengan kapasitas energi terbarukan baru sebesar 141 GW, hampir separuh dari total kapasitas baru sebesar 295 GW secara global.

Eropa dan Amerika Utara masing-masing naik 57,3 GW dan 29,1 GW.

Di Afrika, peningkatan itu mencapai 2,7 GW.

Sementara Timur Tengah mengalami peningkatan produksi listrik baru sebesar 3,2 GW, dengan peningkatan yang memecahkan rekor di kawasan, yaitu sebesar 12,8 persen.