Kecepatan, kekuatan, koordinasi dan stabilitas. Semuanya diperlukan sewaktu kita berlatih tinju. Orang-orang yang mengidap penyakit Parkinson akan kehilangan keterampilan tersebut sedikit demi sedikit. Tetapi di sebuah gym di Australia, sekelompok penderita Parkinson memukuli samsak atau karung tinju dan berlatih satu sama lain untuk meningkatkan kekuatan dalam diri mereka.
Daryl Kennedy mungkin tidak seenergik dulu lagi. Tetapi ini bukan berarti ia tidak dapat menikmati olah raga. “Selalu menyenangkan kalau tahu kita telah melakukan sesuatu dengan benar, dan kita merasa ‘oh ya saya masih dapat melakukannya,” jelasnya.
Pada tahun 2019, tidak lama setelah ia pensiun sebagai pegawai telekomunikasi, Kennedy yang berusia 66 tahun diberitahu bahwa ia mengidap penyakit Parkinson setelah ia mengalami gerakan tak terkontrol. Sejak diagnosis itu, penyakitnya semakin parah.
“Indra penciuman, tremor, keseimbangan mulai menjadi, kita tidak bisa berdiri stabil seperti dulu lagi,” jelasnya.
Kennedy sebelumnya adalah pelari maraton. Sekarang ini, mengikat tali sepatunya saja sudah merupakan tantangan sehari-hari. “Kita harus akui bahwa kadang-kadang kita tidak dapat melakukan sesuatu,” jelasnya.
Namun Kennedy tak menyerah dan menerima kualitas hidup sehari-hari seperti itu, bahkan jauh dari itu. Untuk mendapatkan kembali sebagian kekuatan dalam dirinya, Kennedy dan 20 orang lainnya yang mengidap Parkinson bertemu setiap pekan di sasana tinju untuk berlatih.
Berdasarkan sebuah program Amerika yang diciptakan pada tahun 2006, latihan itu tidak menawarkan pertarungan yang sebenarnya. Mereka lebih banyak berlatih memukul dan latihan fisik lainnya.
Brooklyn Baker, pelatih mereka, mengatakan, “Tinju memberdayakan mereka atas tubuh mereka sendiri.”
Menurut Pusat Informasi Bioteknologi Nasional, penyakit Parkinson dialami dua hingga tiga persen populasi global berusia 65 tahun ke atas. Lebih dari 100 ribu warga Australia mengidap kondisi tersebut, dengan 32 kasus baru didiagnosis setiap hari. Yoga, tai chi atau menari kerap dianjurkan untuk meringankan gejalanya.
Di program tinju di Melbourne, partisipan melakukan semua jenis latihan termasuk kardio, keseimbangan, kelenturan dan keterampilan motorik halus serta banyak pukulan.
“Sewaktu mereka pertama kali datang, biasanya kepala mereka tertunduk, mereka sedikit menunduk, mereka sudah mengalami hari yang sulit, minggu-minggu yang berat. Mereka pergi dengan tersenyum, mereka pergi dengan gembira,” komentar Baker.
Selain sisi fisik latihan, partisipan juga menyebut-nyebut tentang perasaan berkomunitas, spiritualitas dan dimensi penyembuhan karena berada di tengah orang-orang dengan isu medis yang sama dan dapat saling memahami dari perspektif itu.
Dan Parkinson, kata Kennedy, berhati-hatilah. “Pantang menyerah. Penyakit ini ingin menjatuhkan saya. Akan ada perjuangan keras kalau penyakit ini ingin menjatuhkan saya,” tekadnya.