Jakarta menempati peringkat keempat dunia kota dengan kualitas udara terburuk dengan kategori tidak sehat.
Dikutip dari situs pemantau kualitas udara IQAir, per Kamis (8/6) pukul 07.51 WIB, Jakarta mendapat skor 156 yang menempatkannya di bawah New York (266), Lahore, Pakistan (238), dan Dubai, Uni Emirat Arab (169).
Skor tersebut membuat kualitas udara Jakarta dikategorikan sebagai unhealthy atau tak sehat yang ditandai dengan warna merah.
Pengukuran kualitas udara IQAir dilakukan dengan terutama mengacu pada angka PM2.5, yang adalah polutan berbentuk debu, jelaga, asap berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron.
Polutan utama PM2.5 saat ini memiliki tingkat konsentrasi mencapai 65,7 µg/m³ (mikrogram per meter kubik). Selain itu, ada SO2 yang mencapai 12.8µg/m³.
Angka PM2.5 itu tercatat 13,1 kali lebih tinggi ketimbang standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Senada, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofiska (BMKG), berdasarkan pengukuran di Kemayoran, Jakarta Pusat, per pukul 06.00 WIB, konsentrasi PM2.5 mencapai 71,6 µg/m³.
Kategorinya Tidak Sehat (55,5-150 µg/m³) yang ditandai pada tabel dengan warna kuning.
Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibanding pengukuran pada pukul 00.00 WIB yang menunjukkan angka PM2.5 mencapai 34,9 µg/m³.
Para ahli mengingatkan kondisi kualitas udara buruk ini sendiri terkait dengan sejumlah penyakit terutama paru-paru, jantung, hingga masalah mental.