Mardi Gras, pesta karnaval untuk menyambut masa pra-Paskah, boleh jadi adalah kebanggaan kota New Orleans di negara bagian Lousiana, Amerika Serikat. Namun, sudah menjadi pengetahuan umum, acara tahunan ini adalah kegiatan parade yang paling banyak menciptakan sampah di Amerika Serikat. Sebuah kelompok peduli lingkungan ingin mengubah fakta ini dengan menawarkan pendekatan ramah lingkungan.
Mardi Gras adalah salah satu perayaan paling ikonik di dunia, tetapi juga salah satu yang paling boros, menghasilkan sekitar 1500 ton sampah dalam waktu kurang dari dua minggu penyelenggaraannya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama musim karnaval itu adalah plastik sekali pakai dalam bentuk gelang atau kalung manik-manik warna-warni dan barang-barang lainnya yang dibagikan oleh kendaraan pawai.
Brett Davis, direktur Grounds Krewe, sebuah organisasi yang bertujuan untuk menjadikan acara tersebut lebih ramah lingkungan, sangat prihatin akan hal ini.
“Mardi Gras adalah acara bebas dan tanpa sponsor terbesar di seluruh dunia. Jadi, ini adalah festival yang sangat besar yang diadakan secara terbuka untuk umum. Bayangkan, benda lemparan yang paling umum, tentu saja, adalah kalung manik-manik Mardi Gras. Dalam satu parade, ribuan orang menjadi pesertanya. Dan kita berbicara tentang 70 parade atau lebih sepanjang musim. Jadi, benar-benar banjir barang plastik sekali pakai,” jelasnya.
Davis meluncurkan Grounds Krewe pada tahun 2017. Organisasi ini bergabung dengan beberapa organisasi nirlaba lokal yang bekerja untuk mendaur ulang materi terkait Mardi Gras dalam upaya membuat acara tersebut sedikit lebih ramah lingkungan.
Grounds Krewe melakukan pendekatan tiga arah untuk mengurangi limbah di Mardi Gras: mengumpulkan kaleng dan bahan daur ulang lainnya selama parade, membersihkan dan mendaur ulang gelang atau kalung manik-manik untuk digunakan kembali di parade mendatang, dan menjual produk ramah lingkungan sebagai benda yang dilempar dari kendaraan parade untuk menggantikan benda sekali pakai.
Inisiatif pertama kelompok ini adalah program daur ulang di mana para anggotanya membagikan tas jaring yang disebut karung udang karang kepada orang-orang di sepanjang rute pawai, dengan harapan mereka akan mengisinya dengan manik-manik ekstra dan bola plastik yang tidak akan mereka gunakan. Mereka juga menempatkan tempat-tempat sampah daur ulang di sepanjang rute pawai untuk kaleng dan botol.