Gedung Putih, Rabu (9/8), mengatakan telah meluncurkan lomba siber bernilai jutaan dolar untuk memacu penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk menemukan dan memperbaiki kelemahan keamanan di infrastruktur Pemerintah Amerika Serikat (AS), dalam menghadapi meningkatnya penggunaan teknologi oleh peretas untuk tujuan jahat.

“Keamanan siber adalah perlombaan antara serangan dan pertahanan,” kata Anne Neuberger, wakil penasihat keamanan nasional pemerintah AS untuk siber dan teknologi baru.

“Kita tahu aktor jahat sudah menggunakan AI untuk mempercepat identifikasi kerentanan atau membuat perangkat lunak berbahaya,” tambahnya dalam sebuah pernyataan kepada kantor berita Reuters.

Banyak organisasi AS, mulai dari kelompok layanan kesehatan hingga perusahaan manufaktur dan institusi pemerintah, telah menjadi sasaran peretasan dalam beberapa tahun terakhir, dan para pejabat telah memperingatkan ancaman di masa depan, terutama dari musuh-musuh asing.

Komentar Neuberger tentang AI itu mengulangi pernyataan kepala keamanan siber Kanada, Samy Khoury, bulan lalu. Ia mengatakan kantornya telah melihat AI digunakan untuk segala hal mulai dari membuat email phishing dan menulis kode komputer berbahaya hingga menyebarkan disinformasi.

Lomba selama dua tahun itu termasuk hadiah sekitar $20 juta dan akan dipimpin oleh Defense Advanced Research Projects Agency, badan pemerintah AS yang bertugas menciptakan teknologi untuk keamanan nasional, kata Gedung Putih.

Google, Anthropic, Microsoft, dan OpenAI — perusahaan teknologi AS di garis depan revolusi AI — akan membuat sistemnya untuk perlombaan tersebut, kata pemerintah.