Platform media sosial Twitter–kini berubah menjadi X–tidak bisa melakukan pembayaran dari program Ads Revenue Sharing tepat waktu bagi kreator konten. Hal ini disebabkan karena pendaftar program ini membludak.
Hal ini disampaikan X dalam sebuah update di blog resmi mereka tentang program yang bertujuan membagikan pendapatan iklan kepada kreator konten yang sudah terverifikasi.
“Volume pendaftar untuk program bagi hasil melebihi ekspektasi kami. Kami sebelumnya mengatakan bahwa pembayaran akan dilakukan pada 31 Juli,” tulis X dalam blog resminya, dikutip Senin (7/8).
“Kami membutuhkan lebih banyak waktu untuk meninjau semuanya untuk pembayaran berikutnya dan berharap agar semua akun yang memenuhi syarat dibayar sesegera mungkin,” lanjut keterangan tersebut.
Perusahaan milik miliarder Elon Musk itu sebelumnya mengumumkan program Ads Revenue Sharing ditujukan bagi para kreator di seluruh dunia yang memenuhi syarat.
Musk sempat mengungkapkan pihaknya bertujuan membagikan US$5 juta (setara Rp75,5 miliar) pada putaran pertama pembayaran kreator.
“Ini akan bersifat kumulatif dari bulan Februari dan seterusnya,” kata Musk beberapa waktu lalu.
Linda Yaccarino, CEO X menyebut program ini merupakan “game changer untuk para kreator kami”. Setelah program ini berjalan, beberapa kreator memposting bahwa mereka telah menerima pembayaran cukup besar.
Terlepas dari hal ini, ada sejumlah masalah yang menggelayuti perusahaan tersebut. Beberapa mantan karyawan mengajukan gugatan terhadap perusahaan pada bulan Mei, mengatakan “pemimpin baru Twitter dengan sengaja, secara khusus, dan berulang kali mengumumkan niat mereka untuk melanggar kontrak, melanggar hukum, dan mengabaikan kewajiban hukum mereka,” sambil meninggalkan uang sewa, vendor, dan pesangon yang belum dibayar.
Sebuah artikel Wall Street Journal pada bulan Februari menghitung sembilan tuntutan hukum yang meliputi US$14 juta tagihan yang belum dibayar pada saat itu, mengutip The Verge.
Pada bulan Juli, Musk mencuitkan tentang situasi keuangan Twitter/X, dengan mengatakan, “Kami masih memiliki arus kas negatif, karena ~50% penurunan pendapatan iklan ditambah beban utang yang berat.”