Pendiri sekaligus mantan CEO Microsoft, Bill Gates yang kini fokus mengurus yayasan amal pribadi tersebut buka-bukaan terkait upaya membuat vaksin demi menyembuhkan pasien Covid-19.

Bahkan Gates juga sempat membahas soal pernyataannya saat menghadiri Konferensi Keamanan Munich, Jerman pada 2017 yang menyatakan bahwa akan ada pandemi global dan dunia tidak siap utuk menghadapi pandemi itu.

Menyoal pandemi virus corona SARS-Cov-2, lewat yayasan Bill & Melinda Gates Foundationy yang ia dirikan bersama sang istri, Gates menganggarkan 7 persen dari pendapatan yayasannya atau sekitar US$90 juta untuk mengembangkan vaksin Covid-19.
Kepada jurnalis The Wall Street Journal, Betsy McKay, pria berusia 64 tahun ini mengatakan ia berharap industri farmasi bisa mengembangkan vaksin dalam kurun waktu 18 bulan.

“Inti dari pembicaraan soal Covid-19 adalah bagaimana kita bisa mengambil tindakan dan meminimalkan pandemi,” kata Gates mengutip Business Insider.

Sebagai salah satu orang yang telah mempelajari masalah virus corona baru cukup lama, Gates mengatakan pihaknya telah mendedikasikan US$100 juta untuk mendanai kegiatan demi meningkatkan deteksi, isolasi, dan perawatan pasien Covid-19.

Saat ini ia mengaku tengah menjalin kerja sama yang serius dengan para eksekutif industri farmasi untuk memproduksi vaksin agar dapat didistribusikan dengan cepat.

Meski terbilang agak berat karena populasi dunia telah mencapai miliaran orang dan vaksin mesti didistribusikan ke seluruh dunia.

“Tidak ada yang pernah membuat 7 miliar vaksin,” tutur Gates.

Gates bukan lah satu-satunya miliarder teknologi yang bekerja keras untuk menekan pandemi virus corona baru. Ada juga  pendiri sekaligus CEO Amazon, Jeff Bezos yang menyisihkan pendapatan perusahaan sampai US$1 miliar untuk memproduksi alat tes Covid-19 buatan Amazon.

Selain itu, ada juga yayasan amal milik pendiri Facebook, Mark Zuckerberg yang menyumbang US$25 juta ke yayasan Gates untuk pengadaan alat perawatan pasien Covid-19.

Tak sampai di situ, salah satu pabrik farmasi besar dunia yaitu Johnson & Johnson pun berpacu dengan waktu untuk memproduksi satu miliar dosis vaksin virus corona baru.

Demi memproduksi miliaran vaksin, Johnson & Johnson mendapat sokongan dana dari BARDA (Badan Penelitian dan Pengembangan Biomedis Lanjutan) AS sekitar US$1,5 miliar.

“Dengan bekerja dengan banyak perusahaan, AS akan memiliki satu atau lebih vaksin Covid-19 yang dapat tersedia secepat mungkin,” kata Dikrektur BARDA, Gary Disbrow dikutip dari The Washington Post.

WHO Sebut Vaksin Corona Paling Mungkin Hadir Akhir 2021

Dale Fisher, pejabat Jaringan Peringatan dan Respons Wabah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut vaksin virus corona kemungkinan baru akan siap pada akhir 2021.

Linimasa ini, katanya, “sangat masuk akal” mengingat kebutuhan uji coba Fase 2 dan 3 dari tiap vaksin untuk menjamin keamanan dan kemanjurannya. Selain itu, perlu ada waktu bagi peningkatan produksi dan distribusi, serta pemberian vaksin.

“Kami selalu berpikir bahwa sekitar bulan April, Mei, kami akan berada dalam studi tahap 1. Jadi ini berarti vaksin potensial telah ditemukan,” ujarnya, dikutip dari CNBC.

“Kami sekarang mencobanya pada individu, pada dasarnya untuk melihat apakah (vaksin) itu aman,” tambahnya.

Dia menyebut uji coba ini akan memungkinkan ‘pengumpulan  data awal’ untuk menilai apakah vaksin potensial itu benar-benar berfungsi atau tidak sebelum uji coba yang lebih besar terkait keamanan dan kemanjurannya.