Mengapa Kelelawar Kebal Terhadap Penyakit yang Disebabkan oleh Virus Corona?

0
696

Kode-kode genom kelelawar mengandung petunjuk genetis yang menunjukkan kelelawar memiliki “sistem kekebalan luar biasa” yang melindungi mereka dari virus-virus yang mematikan.

Ilmuwan telah mendapatkan cetakan biru genetik dari enam spesies kelelawar di dunia.

Kode genetik hidup mereka mengandung petunjuk genetik atas “imunitas luar biasa” kelelawar, yang melindungi mereka dari virus-virus mematikan.

Periset berharap menggunakan informasi tersebut untuk menguak rahasia bagaimana kelelawar bisa memiliki virus corona, namun tidak jatuh sakit.

Menurut mereka, ini mungkin bisa memberikan solusi guna membantu melindungi kesehatan manusia dalam pandemi kali ini dan di masa depan.

Profesor Emma Teeling dari University College Dublin mengatakan sekuens genom “istimewa” yang mereka temukan menunjukkan kelelawar mungkin memiliki “sistem kekebalan yang unik.”

Memahami bagaimana kelelawar bisa menoleransi virus tanpa menjadi sakit dapat membantu mengembangkan perawatan pasien yang terkena beberapa virus seperti Covid-19.

“Jika kita dapat meniru respon kekebalan kelelawar terhadap virus, yang memungkinkan mereka menoleransi virus, maka kita dapat mendapatkan obat dari alam,” katanya kepada BBC News.

“Sistem kekebalan tubuh telah berevolusi, kita tidak perlu menemukan ulang. Kini kita memiliki alat untuk memahami langkah-langkah yang perlu kita ambil; kita perlu mengembangkan obat-obatan untuk mendapatkannya.”

Prof Teeling adalah salah satu pendiri proyek Bat1K, yang bertujuan untuk mendekode genom dari 1.421 spesies kelelawar yang hidup di dunia.

“Genom-genom tersebut adalah alat yang kita butuhkan untuk mengidentifikasi solusi genetik yang telah berevolusi dalam kelelawar yang pada akhirnya dapat kita pakai untuk mengurangi penuaan dan penyebaran penyakit,” katanya.

Covid-19 diperkirakan berasal dari kelelawar, yang disebarkan ke manusia melalui hewan lainnya yang kini belum teridentifikasi. Sejumlah penyakit lainnya, termasuk SARS, MERS, dan Ebola, diperkirakan menyebar ke manusia dengan cara yang sama.

Pakar lingkungan dan perlindungan alam telah memperingatkan bahwa kelelawar seharusnya tidak dihakimi; jika mereka tidak diganggu di habitat alamiahnya, mereka tidak mengancam kesehatan manusia.

Kelelawar juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam. Banyak spesies kelelawar adalah polinator, atau penyebar biji-bijian buah, dan spesies lainnya adalah insektivora, yang memakan jutaan ton serangga dalam satu malam.

Apa saja spesies kelelawar yang sudah didekode?

Enam spesies kelelawar: kelelawar tapal kuda berukuran besar (Rhinolophus ferrumequinum), kelelawar buah Mesir (Rousettus aegyptiacus), kelelawar pucat berhidung tombak (Phyllostomus discolor), kelelawar kuping tikus berukuran besar (Myotis myotis), kelelawar pipistrelle Kuhl (Pipistrellus kuhlii), dan kelelawar beludru berekor bebas (Molossus molossus).

Apa hasil studi?

Sebuah tim periset internasional memanfaatkan teknologi paling baru untuk melakukan sekuens terhadap genom spesies-spesies kelelawar tersebut dan mengidentifikasi gen apa saja yang ada.

Dengan membandingkan cetakan biru kelelawar terhadap 42 jenis mamalia lainnya, mereka mampu menemukan di mana posisi kelelawar dalam pohon kehidupan.

Kelelawar nampaknya berhubungan paling dekat dengan kelompok yang terdiri dari karnivora (beberapa spesiesnya antara lain anjing, kucing, dan anjing laut), pangolin, paus, dan mamalia berkuku.

Sejumlah perbedaan genetik menunjukkan wilayah-wilayah genom yang telah berevolusi dengan berbeda dalam tubuh kelelawar, yang mungkin memunculkan keahlian-keahlian hewan ini yang unik.

Kerja detektif genetik ini menguak gen-gen yang mungkin menyumbang pada kemampuan kelelawar untuk melakukan echo-lokasi, di mana kelelawar bisa berburu dan mengetahui arah dalam kegelapan total.

Bagaimana informasi ini digunakan dalam pandemi?

Hasil studi tersebut memiliki implikasi bagi kesehatan manusia dan penyakit lantaran menguak sejumlah perubahan genetik yang memberi kelelawar perlindungan terhadap virus.

Menurut periset, pengetahuan soal genom kelelawar dapat membantu menjelaskan mengapa mamalia terbang itu dapat menolerir infeksi virus corona, yang mungkin membantu manusia di masa depan untuk memerangi pandemi.

“Perubahan-perubahan tersebut mungkin menyumbang imunitas luar biasa kelelawar dan menunjukkan bahwa mereka bisa menolerir virus-virus corona,” kata Dr Michael Hiller dari Institusi Biologi Sel Molekuler dan Genetik Max Planck di Dresden, Jerman.

Dalam banyak infeksi virus, bukan virus itu sendiri yang menyebabkan kematian, namun respon peradangan akut yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh manusia.

Kelelawar dapat mengendalikan ini. Sehingga meski mereka terinfeksi, mereka tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit yang bisa dilihat.

Riset ini telah diterbitkan oleh jurnal ilmiah Nature.