Pesawat Listrik Mustahil? NASA Ungkap Keunggulan X-57 Maxwell

0
312

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengembangkan pesawat terbang berawak tanpa bahan bakar fosil, melainkan dengan energi listrik.

Pesawat serba listrik itu dinamai X-57 Maxwell. Uji coba yang dilakukan NASA mencapai tonggak baru menuju penerbangan pertamanya dengan pengujian termal yang sukses dari pengontrol motor jelajah.

Pengujian termal dinilai penting karena memvalidasi desain, pengoperasian, dan kualitas pengerjaan pengontrol, yang merupakan komponen penting untuk menyediakan daya ke motor listrik eksperimental X-57.

Sistem kompleks ini memiliki bagian yang peka terhadap suhu dan harus mampu bertahan dalam kondisi ekstrem selama penerbangan.

Pengontrol motor jelajah mengubah energi yang disimpan dalam baterai lithium-ion pesawat untuk menggerakkan motor pesawat, yang menggerakkan baling-baling.

Pengontrol menggunakan transistor silikon karbida untuk memberikan efisiensi 98 persen selama lepas landas dan jelajah daya tinggi. Teknologi ini membuatnya tak menghasilkan panas berlebihan dan dapat didinginkan oleh udara yang mengalir melalui motor.

Uji coba X-57 Maxwell dilakukan di Pusat Penelitian Glenn NASA di Cleveland, masing-masing pengendali motor penerbangan selamat saat beroperasi di dalam ruang uji di bawah kisaran suhu minus 11 hingga 147 derajat Fahrenheit.

Tim pengujian memantau dengan cermat respons suhu komponen daya dan komponen kontrol di dalam pengontrol, memastikan mereka tetap berada dalam batas kisaran suhu komponen yang diizinkan.

Pemantauan yang ketat memastikan pengontrol motor akan bekerja dengan benar selama penerbangan penelitian yang diujicobakan, menurut situs resmi NASA.

Setelah uji darat, tim pengembang memvalidasi pengontrol di bawah kondisi suhu paling ekstrem yang diharapkan dalam penerbangan. Mereka pun selangkah lebih dekat untuk mengintegrasikan semua sistem Maxwell dan memastikan dapat beroperasi.

Selanjutnya, pesawat listrik itu akan ditinjau untuk kesiapan penerbangan di Pusat Penelitian Penerbangan Armstrong NASA di Edwards, California. Ini akan menjadi langkah besar berikutnya sebelum penerbangan penelitian dilakukan.

Teknologi rumit

Dries Verstraete, pengajar senior Aerospace Design and Propulsion di University of Sydney, mengungkapkan belum hadirnya pesawat listrik secara komersil sejauh ini terutama karena isu bobot dan durasi penerbangan.

Menurutnya, kendaraan darat dapat dengan mudah mengatasi massa ekstra dari penyimpanan listrik atau sistem propulsi listrik, tetapi pesawat jauh lebih sensitif.

Misalnya, peningkatan massa mobil sebesar 35 persen menyebabkan peningkatan penggunaan energi 13-20 persen.

“Tetapi untuk sebuah pesawat, penggunaan energi berbanding lurus dengan massa: meningkatkan massanya sebesar 35 persen berarti membutuhkan energi 35 persen lebih banyak,” ujarnya, dikutip dari The Conversation.

Masalah lainnya, pesawat terbang juga melakukan perjalanan lebih jauh daripada kendaraan darat, yang berarti penerbangan membutuhkan lebih banyak energi daripada rata-rata perjalanan darat.

Pesawat harus menyimpan semua energi yang dibutuhkan untuk memindahkan massanya di setiap penerbangan (tidak seperti kereta yang terhubung ke jaringan listrik).

“Menggunakan sumber energi yang berat berarti lebih banyak energi yang dibutuhkan untuk penerbangan, yang mengarah ke massa ekstra, dan seterusnya,” tutur Verstraete.

Apakah artinya pesawat terbang akan selalu memakai energi fosil? “Tak selalu,” kata dia.

Verstraete pun menyodorkan pesawat hibrida atau biofuel.

Sumber : CNN [dot] COM