Dana First Travel di London untuk ‘restoran, fashion show dan jalan-jalan di Eropa’

0
1456

Pengelola restoran Nusa Dua di London, yang dikaitkan dengan bos First Travel, Andika Surahman-Anniesa Hasibuan, menceritakan dana yang dikeluarkan di London digunakan untuk ‘restoran, fashion show dan jalan-jalan di Eropa’.

Pengelola restotan Nusa Dua, Firdaus Ahmad dan Usya Soerharjono, saat ditemui BBC Indonesia di lokasi restoran di yang beralamat di 118-120 Shaftesbury Avenue, membenarkan dana yang dikeluarkan oleh Andika dan Anniesa pada tahun 2014-2015. Namun keduanya tidak menyebutkan berapa besar dana yang dikeluarkan secara keseluruhan.

Hubungan dengan bos First Travel, Andika dan Anniesa, berawal ketika Firdaus mengantarkan Andika dan Anniesa saat berlibur di Inggris.

Penelusuran polisi dalam kasus dugaan penipuan dan penggelapan dana jemaah umrah oleh perusahaan First Travel memunculkan klaim bahwa bos First Travel membeli restoran di London.

Keterangan polisi, sebagaimana ramai diberitakan oleh media di Indonesia, menyebutkan bahwa bos First Travel, pasangan suami istri Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan membeli restoran tersebut pada 2016 seharga £700.000.

Laporan-laporan di Indonesia menyebutkan, jika dirupiahkan, nilainya antara Rp14-15 miliar.

Pernyataan tersebut, menurut Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Brigjen Polisi Herry Rudolf Nahak, didasarkan pada pengakuan Andika dan Anniesa sendiri.

Firdaus mengakui ada dana dari Andika dan Anniesa, tapi itu terjadi pada 2014-2015 dan tidak hanya untuk operasional restoran saja.

“Jadi kurang lebih kalau (dikatakan ada) 700 (ribu poundsterling), itu ya untuk renovasi (restoran), untuk (membantu penyelenggaraan festival) Halo Indonesia (di Trafalgar Square),” kata Firdaus.

‘Tukar guling’

Sementara itu istri Firdaus, Usya menambahkan, “(Untuk) biaya dua kali keliling Eropa Andika-Anniesa dan keluarganya dan peragaan busana.”

Firdaus mengatakan, “Yang peragaan busana kan mahal, termasuk untuk membayar model-model di acara tersebut.”

Intinya, kata Firdaus, ada penyertaan dana pada 2014 untuk sejumlah pengeluaran.

Pengelola restoran ini mengatakan dari sisi hubungan finansial, mereka tidak lagi memiliki hubungan dengan Andika-Anniesa.

“Pada Maret 2017 saya menyerahkan apartemen saya di Indonesia ke Andika. Ada akta notarisnya,” kata Usya. Penyerahan ini menurut Usya menandai ‘pembelian saham Andika di Nusa Dua’ oleh dirinya dan Firdaus.

Firdaus menyebutnya sebagai ‘tukar guling dan ini juga atas keinginan Andika’.

Di papan nama Nusa Dua tercantum ‘part of FT Group’ atau bagian dari FT Grup dan nama FT Group masih digunakan di papan nama restoran sampai sekarang karena menurut Firdaus memerlukan izin dan dana untuk penggantian.

Nusa Dua berada di kawasan turis. Selain kafe, toko, dan restoran di deerah ini terdapat pula sejumlah teater.

Awal berkenalan dengan Andika, kata Firdaus, terjadi saat ia sedang mencari peluang baru untuk memperbesar restoran lamanya yang terletak di Dean Street, tak jauh dari Shaftesbury Avenue.

Ada tawaran untuk mengambil alih dan menjalankan salah satu restoran Cina di Shaftesbury Avenue. “Letaknya strategis, Andika setuju, kebetulan ada peluang. Dulu Andika punya restoran (di Indonesia), tapi tutup,” ungkap Firdaus kepada BBC Indonesia.

Dari sinilah ada keterlibatan Andika dan Anniesa di restoran Nusa Dua. “Ya bantu-bantulah,” kata Firdaus seraya menambahkan bahwa itu terjadi pada 2014.

Ia mengatakan restoran Cina yang ia ambil alih mengalami renovasi besar-besaran. “Dan itu mahal biayanya,” kata Firdaus.

Atas nama Shaftesbury Chinatown Limited

Dokumen yang didapat dari Land Registry -lembaga yang menyimpan data pemilik properti di Inggris- memperlihatkan bahwa properti di 118-120 Shaftesbury Avenue, tempat restoran Nusa Dua berlokasi, dimiliki oleh Shaftesbury Chinatown Limited.

Dokumen ini juga menyebutkan bahwa status properti ini disewakan mulai 4 Desember 2009 hingga 24 Desember 2034.

Usya menjelaskan bahwa properti yang dipakai restoran Nusa Dua memang bukan milik dirinya. “Kita tidak bisa memiliki properti ini seperti ini di pusat kota London. Yang bisa dilakukan adalah menyewa dan menggunakan,” katanya.

Firdaus mengatakan pihaknya mengeluarkan dana £285.000 untuk mengambil alih pengunaan properti dari pemilik lama. “Kami penyewa di sini,” katanya.

Ia menegaskan tidak ada nama Andika atau Anisa sebagai pemilik resmi restoran Nusa Dua.

“Andika tidak ada namanya di Nusa Dua. Dia sudah tukar guling. Itu kan secara lisan, (Andika mengatakan) ada restoran di London, dibeli £700.000. Saya tak tahu bagaimana ia bisa mengatakan seperti itu,” kata Firdaus.

“Kalau polisi menyita..ambil saja”

“Itulah Andika. Di atas kertas kepemilikannya tidak ada,” kata Firdaus. “Dia ingin mejeng, (ingin nama perusahannya) ada di London. Itu saja,” tambah Usya.

Firdaus dan Usya mengatakan siap membantu penyidikan oleh aparat penegak hukum. Mereka mengatakan siap membuka semua dokumen.

“Bagi saya, kalau polisi menyita (Nusa Dua), silakan … kalau mau ambil, ambil saja,” kata Firdaus.

“Saya tidak mengambil uang jamaah. Ada orang ingin investasi, ya oke oke saja.”

Di luar hubungan bisnis, secara pribadi Firdaus dan Usya mengatakan prihatin dengan kasus yang menimpa First Travel.

“Saya kasihan dengan jamaah yang tak berangkat, yang sudah menabung bertahun-tahun,” kata Firdaus.

Sumber : bbc.com