Pengungsian sudah dimulai di beberapa kawasan Jakarta yang selama ini sudah menjadi langganan banjir.
Hujan deras mengakibatkan longsor di Jawa Barat yang menewaskan tiga orang. Di Semarang, cuaca buruk mengakibatkan pula antara lain sebuah pesawat Garuda berbalik kembali ke Jakarta, hanya satu menit sebelum mendarat.
Kawasan yang dilintasi sungai Ciliwung seperti Kampung Melayu, Pejaten, Srengseng, Sunter, Rwajati, Kalibata, sudah mulai dilanda banjir.
Hujan deras turun sejak pagi hari di kawasan Puncak dan di beberapa wilayah Jakarta. Sementara di Kabupaten Bogor banjir mengakibatkan longsor yang menewaskan setidaknya tiga orang. Para petugas mpenyelamata masih mencari kemungkiann korban lain, namun upaya itu dihentikan sementara karena ari mulai gelap, dan baru aka dilanjutkan Selasa (6/2) pagi.
Longsoran tanah yang menutupi berbagai ruas jalan mengakibatkan pula pengalihan lalu lintas, dan akhirnya jalur Jakarta Bogor ditutup sepenuhnya.
Tinggi muka air (TMA) Bendungan Katulampa semula mencapai 240 centimeter sehingga ditetapkan statusnya sempat ditetapkan pada siaga satu. Namun menjelang sore, permukaan air menurun hingga sekitar 160 cm, dan status kewaspadaan banjir ditiurunkan menjadi Siaga 2. Betapa pun warga bantaran kali Ciliwung tetap mewaspadai banjir.
Meningkatnya volume air di Bendungan Katulampa disebabkan hujan yang mengguyur wilayah Bogor dan sekitarnya sejak di Bendung Katulampa disebabkan hujan yang mengguyur wilayah Bogor dan sekitarnya sejak Senin (05/02) dini hari.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho memperkirakan bahwa pada sekitar pukul 17:00 WIB, debit banjir akan sampai di Pintu Air Manggarai, Jakarta.
“Banjir diprediksi akan menggenangi bantaran sungai di sekitar wiilayah di Jakarta seperti daerah Srengseng Sawah, Rawajati, Kalibata, Pengadegan, Pejaten Timur, Kebon Baru, Bukit Duri, Balekambang, Cililitan, Bidara Cina dan Kampung Melayu,” ujar Sutopo dalam keterangan pers yang diterima BBC Indonesia pada Senin (05/02).
Berdasar informasi dari Pusat data dan informasi (Pusdatin) Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta, kenaikan air tersebut terjadui secara bertahap mulai pukul 07.00 WIB, ketika ketinggian air masih sekitar 75 centimeter dengan status siaga 4 dan terus meningkat tiap jamnya hingga mencapai 240 cm pada pukul 09:05 WIB.
Level Siaga I di Bendung Katulampa jika tinggi muka air Sungai Ciliwung di atas 200 centimeter.
Gubernur Jakarta Anies Baswedan mengatakan penduduk yang berada di jalur intasan sungai harus bersiaga “Kemungkinan aliran air akan sangat deras dan tinggi,” katanya kepada wartawan.
Pemda sudah menyiapkan lebih dari 230 pompa untuk menguras air jika sewaktu-waktu terjadi banjir. Terdiri dari 200 pompa stasioner di kawasan di hilir sungai dan pompa mobile untuk menguras air jika terjadi banjir, lebih dari 30 pompa mobile, yang siap bergerak kapan saja.
“Semua dalam keadaan mengantisipasi,” kata Anies.
Anies mengatakan, pintu-pintu air menuju laut seluruhnya dalam kondisi dibuka penuh.
Di sekitar aliran sungai di Pejaten, Jakarta Timur, banyak rumah yang sudah terendam dan sejumlah warga diungsikan. Di Kampung Melayu dan Srengseng, air juga setidanya sudah mencapai lutut orang dewasa. Di Lenteng Agung, air sudah mencapai punggang orang dewasa.
Banjir juga melanda jawasan Sunter Agung, sebagaimana dialami Tom de Souza, seorang warga Australia yang edang magang di Universitas Atma Jaya,
‘Rumah-rumah terendam air, atau setidaknya dikepung air,” kata Tom.
Ia berbicara dengan Ibu Woena, yang tinggal di sana sejak puluhan tahun dan hidup dengan kewaspadaan pada banjir setiap waktu.
“Kami tidur harus di ranjang, yang agak tinggi, karena kalau tidur di lantai bisa kuyup sewaktu-waktu,” katanya.
Setiap kali banjir, mereka menungu saja sampai surut, lalu membersihkan rumahnya. Begitu dari waktu ke waktu.
Saat berita diturunkan, hujan masih berlangsung di wilayah Bogor sehingga dapat menambah debit banjir Sungai Ciliwung.
Hujan deras mengakibatkan terjadinya longsor di beberapa lokasi di Bogor, antara lain di wilayah di Jalan Widuri, Baranangsiang, Bogor Timur; Taman Riung Gunung di Cisarua, Bogor dan wilayah sekitar Masjid Atta’awun di Cisarua, Bogo
“Kondisi badan jalan tertutup karena tanah turun dari gunung, panjang 20 meter, tiang listrik roboh menganggu lalu lintas sehingga jalan tidak dapat dilalui,” ujar Kasat Lantas Bogor, AKP. Hasby Ristama dalam keterangan tertulis.
Petugas kemudian mengalihkan arus lalu lintas menuju ke Puncak dan Cianjur untuk melalui Sukabumi. “Kami menghimbau masyarakat agar jangan menggunakan jalur puncak terlebih dahulu,” kata Hasby.
Selain itu, 100 orang personel Polres Bogor juga diterjunkan untuk evakuasi longsor.
Senada dengan itu, Sutopo Nugroho dari BNPB menghimbau warga di sekitar Sungai Ciliwung untuk waspada.
“Masyarakat yang tinggal di pinggiran bantaran sungai Ciliwung di wilayah Bogor agar tidak melakukan aktivitas di sungai, seperti di Katulampa, Sukasari, Barangsiang, Babakan Pasar, Sempur, Pabaton, Kedung Badak, dan Kedung Halang. Begitu juga masyarakat di sekitar bantaran Sungai Ciliwung di daerah Depok,” ujar Sutopo.
Ia pula menghimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di sungai dan dapat mengevakuasi barang-barang rumah tangga ke tempat yang aman, khususnya bagi para pemukim di bantaran sungai Ciliwung.
Namun demikian, ia memprediksi banjir tidak akan besar dan meluas karena hujan tidak merata,
“Sungai-sungai lain di wilayah Jakarta masih level normal atau aman seperti Kali Krukut, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Karet, dan Kali Pesanggrahan sehingga banjir diperkirakan hanya terjadi di permukiman di bantaran sungai. Daerah-daerah lain masih aman,” tandasnya.
BPBD Kabupaten Bogor dan BPBD DKI Jakarta telah menyebarkan informasi peringatan dini banjir kepada masyarakat, aparat Lurah dan Kecamatan. Peralatan, logistik, dan personil disiapkan untuk melakukan antisipasi banjir.Februari adalah puncak hujan untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. Potensi banjir akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan. Masyarakat dihimbau untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi banjir dan genangan.
Cuaca buruk di Semarang
Cuaca buruk juga mengacau-balaukan sejumlah penerbangan. Antara lain di Semarang.
Pesawat Garunda dengan nomor penerbangan GA 236 yang lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 11:50, dijadwalkan mendarat pukul 12:40 di Semarang, harus kembali ke Jakarta hanya satu menit sebelum mendarat.
Seorang penumpangnya, adalah Ade Meirizal Zulkarnain, Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) yang terbang ke Semarang untuk sebuah acara.
Ia mengatakan, pada waktu yang dijadwalkan mendarat, pesawat masih juga mengudara. Yang ternyata karena masalah jarak pandang.
“Sekitar pukul 13:00 pilot mengumumkan pesawat harus berputar-putar di atas Kendal karena kondisi cuaca, jarak pandang di Bandara Ahmad Yani sangat rendah,” kata Meirizal kepada BBC Indonesia.
Menurut pilot di pengeras suara, jarak pandang yg normal minimal 2000 meter, tapi saat itu maksimum hanya 1500 meter.
“Setelah berputar-putar sekitar 20 menit, pilot mengumumkan pesawat segera mendarat. Dari jendela sudah tampak jelas tambak ikan di seputar bandara. Tapi sekitar satu menit sebelum roda pesawat menyentuh landasan, tiba-tiba pesawat kembali terbang mendaki disertai guncangan turbulensi,” papar Meirizal pula.
“Pilot mengumumkan, mereka memutuskan untuk membawa pesawat kembali ke bandara Soetta di Jakarta,” kata Meirizal lebih jauh. Dan pesawatnya mendarat di Cengkareng pukul 14.13.
Sumber : bbc.com